Posted in
titanic,
wallace hartley
Menjelang kapal Titanic menabrak gunung es di malam 14 April 1912, para penumpang termasuk rombongan musisi sewaan yg baru menuntaskan tugas menghibur di ballroom akan beranjak beristirahat. Para musisi belum saling mengenal banyak antara satu sama lainnya, mereka dipimpin oleh pemain biola Wallace Hartley atas rekomendasi agen jasa di Liverpool. Hartley berpengalaman memimpin ensamble khususnya pada beberapa kapal pesiar, sehingga ia mengajak seorang celloist dari Prancis berikut pianist dari London yg pernah bekerja sama. Selain faktor ekonomi, mereka tergiur untuk membuat lonjakan "prestise dan prestasi" sekelas Titanic. Kapal pesiar raksasa dgn label termewah, terbesar bahkan teraman di dunia serta disesaki kalangan borjuis Inggris sembari diiringi musik pilihan ke Amerika, adalah referensi dahsyat. Selanjutnya mereka berdelapan dipecah dalam dua tugas penempatan, lima musisi paling berpengalaman mengiringi dansa di ballroom as the main first class area. Sementara secara trio bermain di Cafe Parisien, nama yg mirip namun gak berhubungan dgn kisah bluesnya Garry Moore.

Nyaris selama dua jam bermusik, sesaat Hartley sempat meminta para rekannya untuk mendahului giliran ke sekoci sambil bertukar salam. Para musisi telah berbalik namun sejenak terdengar lagi intro lirih "Nearer, My God .. to Thee", merekapun lebih memilih alat musik dan sejawatnya untuk menyelesaikan keyakinan bersama. Hingga permukaan lantai terus oleng diikuti gelombang es meninggi, termasuk merengut nyawa kedelapan manusia kurang kerjaan yg selalu menghabiskan waktu hanya untuk mengurusi perkara njlimet bernama musik berupa requiem keabadian. Jasad Wallace Hartley ditemukan nyaris sebulan kemudian, masih berpakaian lengkap berikut biola diikatkan di dadanya. Konon warisan itu gak pernah diserahkan ke pihak keluarga maupun tunangan Hartley yg seterusnya hidup melajang hingga meninggal sebatang kara. Mereka gak pernah klaim atau menuntut apapun. Mungkin selain memang beneran gak penting tapi bisa saja telah damai berkumpul di kondisi tempat yg gak perlu repot membahas perbedaan terutama akibat agama, selain menikmati sederhananya musik termasuk asiknya sepak bola. "Gentlemen, it's been a privilege playing with you tonight!"
-duke-