Follow me on Twitter RSS FEED
Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan

The Top 50 Movie Endings Of All Time

Posted in
Masih tentang review sinema, kali ini meminjam data milik situs Filmcritic.com mengenai film dengan 50 adegan akhir pilihan. Seperti disebutkan oleh sumber, daftar plus keterangan film ini dapat berpotensi menimbulkan bocoran informasi atau spoiler) yg justru akan menghilangkan esensi dan keindahan film2 tsb. Namun demi pertimbangan "karya klasik" dan informasi, mayoritas film telah dianggap pernah ditonton khususnya para movie-freak. Maka posting inipun bermaksud menyebarkan jajak apresiasi belaka. Dan seperti biasa, pasti terdapat banyak pertanyaan misalnya di manakah film The 6th Sense, Se7en, bahkan The Others maupun Field of Gold termasuk kartun The Incredibles? Sebaliknya mungkin beberapa judul terdengar asing, setidaknya buatku pribadi yg keburu ngaku doyan nonton. Lantas kuberi tanda bintang (**) berikut poster, berarti daftar film dimaksud sudah pernah kutonton atau setidaknya punya rekamannya. Mengenai kriteria dan perbedaan rangking akan kembali pada wawasan, pengalaman nonton maupun koleksi film masing2. Silahkan berkomentar atau kesan versi anda.

50. The Blair Witch Project (1999)**
Jika pernah nonton film anyar sebangsa Cloverfield atau Chronicle, bisa menganggap film ini sbg biang atau awal inspirasi dari aspek plot maupun cinematografi. Kesan amatir ala reality show untuk dokumen pribadi, dibumbui ending mencekam. Namun isu tentang kebenaran dokumenter inilah yg lebih mengejutkan.
49. A History Of Violence (2005)

48. Batman Begins (2005)**
Agak susah menemukan twist atau faktor kejutan pada produk franchise seperti ini, tapi malah jadi ajang pertaruhan tiap sutradara yg selalu saja membuat versi dan interpretasi berbeda.
47. All That Jazz (1979)

46. Dead Again (1991)

45. Pulp Fiction (1994)**
Racikan rock'n'roll ala Quentin Tarantino dalam empat babak sekaligus. Jika boleh meminjam pengalamanku saat di bioskop, salah satu penonton tanpa sadar pernah menyumpah: "Setan, tadikan dia udah mampus?", teriaknya saat melihat John Travolta wara-wiri lagi setelah ditembak di WC. Begitulah twist ala sutradara sinting ini.
44. Fargo (1996)**
Skenario campur aduk yg teramat edan sekaligus perkenalan pertamaku dgn Coen Brothers untuk selanjutnya nge-fans abis. Maka seterusnya aku jadi terbiasa dgn plot a-linear begini. Ketika bumbu satire ditabrak dark-humor, menjungkirkan nalar sekaligus teramat wajar.
43. Shane (1953)

42. The Terminator (1984)**
I'll be back .. butuh apalagi? Masih perlu juga lambaian tangan yg lalu berganti jari tengah teracung sebelum doi tenggelam total itu?
41. Say Anything (1989)**
Jenis komedi romantis yg tumben bisa masuk daftar, umumnya berakhir klise atau bersifat "jodoh gak kemana-mana". Apapun itu pesannya asik, "The world is full of guys .. be a man. How many guys are willing to be a man .. just say anything!". Belum lagi bonus Peter Gabriel dgn In Your Eyes.
40. The Thing (1982)**

Kayaknya sudah pernah nonton tapi lupa dan gak yakin. Ada baiknya nungguin edisi remark yg katanya mampir ke bioskop bentar lagi.
39. The Silence Of The Lambs (1991)**
Jenis thriller favoritku dan termasuk legendaris, mengenai psikopat jenius dgn embel2 selera kuliner ala kanibal. Uniknya pola pikir sang tokoh utama sering dijadikan referensi terutama pihak FBI dalam melacak modus dan nalar pembunuh sadis lainnya. "Fava beans, anyone?"
38. 8 1/2 (1963)

37. Rocky (1976)**

Merupakan awal serial sekaligus potret paling murni dan lugu mengenai perjuangan seorang Sylvester Stallone. Baik secara kehidupan nyata, obsesi karir sbg Rocky maupun Rambo (inisial R-R = Ronald Reagan, Presiden AS saat itu?), juga personifikasi ego lewat bidang yg memang dipahaminya benar. Potensi twist mungkin saat Rocky bisa dianggap sbg bio-pic Stallone.
36. Jacob's Ladder (1990)

35. Back To The Future (1985)**
Agak aneh juga mendapatkan judul film ini masuk dalam daftar serta dianggap memiliki twist-plot, terutama atas pertimbanganku sbg serial bersambung.
34. King Of New York (1990)

33. A Clockwork Orange (1971)**
Stanley Kubrick jelas salah satu sineas favoritku, sarat surealis sehingga perlu terus waspada saat mengunyah karyanya. Maka film inipun -sejujurnya- terasa amat berat, terutama relevansi pada adegan halusinasi pseudo-orgy sbg bagian dari cuci otak. Belum lagi tokohnya berkesan mirip Jim Carey bahkan vokalis The Hives, sungguh mengganggu konsentrasi serta kontroversial.
32. Being There (1979)

31. Magnolia (1999)**
Skenario surealis yg diimbuhi topik kutukan Nabi Moses (Musa) kepada raja Firaun. "Tuhan mengeksekusi dewa-dewi Mesir yg tak berdaya melalui sepuluh tulah" (Kitab Keluaran, 7:14 - 12:32), berupa kutukan bagi:
- Sungai Nil dan perairannya menjadi darah (Dewa sungai Nil = Hapi)
- Hujan katak (Dewi katak direndahkan dan tak berdaya = Heqt)
- Debu menjadi nyamuk (penguasa gaib dan dewa ahli sihir = Tot)
- Lalat pikat menyerbu seluruh wilayah Mesir (Dewa alam = Ptah)
- Penyakit Sampar pada ternak (Dewa sapi = Apis; Dewi sapi = Hathor)
- Barah, semacam epidemis SARS atau AIDS (Dewi penyembuh = Isis)
- Guntur dashyat dan hujan es (Dewa pengendali alam = Respu)
- Hama belalang, bencana tumbuhan (Dewa kesuburan & panen = Min)
- Gelap total 3 hari (Dewa Matahari = Ra; Dewa tata surya = Horus)
- Kematian anak sulung Mesir (Dewa yg terutama, Matahari = Amon-Ra)
30. Pickpocket (1959)

29. Wait Until Dark (1967)

28. Hannah And Her Sisters (1986)

27. The Searchers (1956)

26. Rushmore (1998)

25. Real Genius (1985)

24. The Bank Dick (1940)

23. House Of Games (1987)

23. Brazil (1985)**

Topik surealis yg menurutku pantas disebut sbg prequel film Vanilla Sky, berbalut sci-fi dikit. Yang lebih luar biasa buatku adalah lagunya, maka khusus kumuat pula clipnya sekalian.
21. The Usual Suspects (1995)**
Untuk perbendaharaan layar modern, potensi twist pada tokoh film akan gampang ditebak. Karena Usual Suspects memang salah satu pelopor gaya ini dan semestinya gak boleh diulang basi. Celakanya malah jadi trend di sinema Indonesia yg belagak mistery.
20. Before Sunset (2004)**
Meski cuma diisi ngobrol ngalor ngidul dalam nyata hitungan jam, kelak jadi gaya tersendiri termasuk film semacam Lost in Translation. "Baby, you're gonna miss that plane!"
19. Memento (2001)**
Rada unik dan melawan alur naskah konvensional, sehingga jadi muncul pertanyaan: "Apakah endingnya di awal film, ato ending film sbg awalnya?"
18. The Wizard Of Oz (1939)

17. Planet Of The Apes (1968)**
Berawal dari serial panjang versi TV, diringkas gak sampai dua jam untuk di bioskop namun tetap bikin terperangah sebelum meninggalkan tempat duduk.
16. The Empire Strikes Back (1980)**
Becanda bener jika ngaku penggemar film tapi gak pernah nonton karya satu ini. Tapi persoalannya, dimana letak kejutan terutama pada akhir filmnya? Ditambah lagi kesulitan kontinyuitas karena merupakan awal sekuel berikutnya ditambah lagi produk prequel kemudian.
15. The Godfather (1972)**
Kesan dan komentar sudah relatif idem dgn nomor 15, begitulah tipikal film serial.
14. The Tenant (1976)

13. Citizen Kane (1941)

12. The Birds (1963)

11. The Graduate (1967)**
Film yg menerbitkan tokoh Mrs Robinson, konon eksist, termasuk lagunya milik Simon & Garfunkel. Keduanya sanggup jadi kontroversial pada jamannya. Justru itulah yg menurutku sangat twist secara keseluruhan, yakni telah menceritakan kemajuan jaman di jamannya.
10. Some Like It Hot (1959)

09. Don't Look Now (1973)

08. Big Night (1996)

07. Night Of The Living Dead (1968)**
A tribute to Romero's horror masterpiece, pelopor gore movie dan jadi cult sekaligus franchise. Buatku gak begitu berkesan, mungkin berbeda jika nonton untuk pertama kalinya dan di tahun 1968. Kalau untuk sekarang sih, mending milih Shaun Of The Dead hehee
06. Boogie Nights (1997)**
Diperkenalkan oleh dr. Pandu saat di milis Radioliner, tentang intrik dan bumbu industri film porno. Entah apa hubungannya dgn salah satu hits Kool and The Gang, tapi rada susah juga nangkap twist-ending film ini kecuali monoloog si pemeran pria. Konon Mark Wahlberg masih nyimpen "penis buatan" yg sempat dipajang, kecuali disensor, pada adegan ending tersebut.
05. Bonnie And Clyde (1967)**
Kisah sepak terjang sepasang kekasih muda buronan polisi Amerika, diangkat dari kisah nyata kriminal legendaris. Entah kenapa mendapat ranking ending lima besar, jika dibandingkan film Se7en misalnya? Mungkin karena perubahan suasana yg drastis dari makan apel secara mesra lantas .. spoiler jek ;o)
04. Casablanca (1942)**
Salah satu film yg DVD-nya sudah nongkrong di rak tapi gak kunjung kutonton karena belum mood. Konon kisah cinta paling romantis yg pernah terjadi di bar bernama Casablanca di tengah kancah Perang Dunia II. Jika diperhatikan rayuan lewat tagline, "They had a date with fate in Casablanca", ditambah posisi rangking terhormat, semestinya amat menggugah untuk segera disimak.
03. Chinatown (1974)

02. Fight Club (1999)**
Bukan bermaksud sepakat mentah2 dgn urutan di sini, tapi Fight Club memang salah satu cult-movie buatku dgn potensi twist sungguh menantang. Walau terasa jadi biasa karena mengetengahkan figur "split personality" yg memang potensi twist ketimbang film The Others yg benar2 mengejutkan, namun tetap menghanyutkan sekaligus terperangah pada menit akhir. Tipikal yg begitu lekat dgn legendaris Psycho maupun format lebih baru semacam film Identity atau Shutter Island.
01. Dr. Strangelove (1964)

So sad, justru pada ranking satu versi ini aku malah gak pernah nemu filmnya. Tadinya judul ini kupikir identik dgn film The Nutty Professor, multi peran dari profesor kikuk menjadi tokoh Buddy Love lewat akting Jerry Lewis maupun versi remark Eddie Murphy. Ternyata lebih serius mengenai akhir dunia akibat dampak nuklir, meski menampilkan ilmuwan eksentrik yg juga diperankan secara multiple roles.
[Source from : http://www.filmcritic.com/misc/emporium.nsf/95a45e26914c25ff862562bb006a85f2/394a496e465c4f38882571b900114dc5?OpenDocument]
-duke-

Read more...

AFI's 10 Top 10 Film Genres

Some people always try to find the best movies ever made and want to watch them as much as they can, or some big fans can watch a single movie more than 100 times. Salah satu referensi adalah Ajang Academy Award, acara dunia tahunan dalam memilih tiap film berikut segala kriteria sinema yang dianggap terbaik. Setiap pemenangnya akan dianugerahi Oscar, piala prestisius bagi insan film Internasional. Adapun pemenang Oscar hanya berlaku untuk satu tahun saja, sehingga misalnya film terbaik di tahun 2011 tidak bisa lagi disandingkan keunggulannya dengan film terbaik tahun 2010. Untuk itulah Institut Film Amerika sebagai lembaga seni independen yang dibentuk sejak 1967 bermaksud mengumumkan 10 film terbaik sepanjang masa dalam 10 kategori, berarti ada 100 judul film dicampur secara lintas tahun. Gelaran ini bertajuk AFI's 10 Top 10 Honors, the ten greatest American films in ten classic film genres, dalam rangka menyambut 100 tahun sejarah film.

Ironisnya jika bicara sejarah film atau sinema, ternyata bukanlah dilahirkan dari kebudayaan Amerika. Melainkan saat Lumiere bersaudara (Louis dan Auguste) pernah membuat eksperimen alat perekam gerak (kinetograph) karya Thomas A. Edison kemudian menyewa sebuah ruang bilyard tua di Paris, kelak dikenal sebagai bioskop pertama di dunia tahun 1895. Tempat itu dinamakan Grand Cafe, dimana untuk pertama kali puluhan orang membayar dan berada dalam satu ruangan untuk menonton film yang diproyeksikan ke sebuah layar lebar (cinematographe) oleh Lumiere bersaudara. Maka dalam konteks sejarah maupun kepentingan global, American Film Institute membuat ajang peringatan satu abad sinematografi yang dimulai sejak 1998 hingga 2008 berupa puncaknya yakni "AFI 100 Years .. Series" secara umum. Artinya "karya yang telah membuat dunia tertarik dalam sejarah film", meski dipersempit juga hanya bagi film produksi (komersial) Amerika sebelum tayang pada tahun 2008. Maka film yang sudah masuk kriteria klasik menurutku seperti Wall-E (Animasi) atau Dark Knight (Batman) gak masuk nominasi, sekaligus beberapa pertanyaan misalnya dimanakah film Silence of the Lamb, Forest Gump, Gangs of New York, terutama trilogi serial Matrix? Sementara para legenda semacam Alfred Hitchcock menyumbang 4 film dalam daftar, disusul Steven Spielberg dan Stanley Kubrick lewat 3 karya sebagai sutradara. Aktor James Stewart masuk nominasi 6 film, disusul 4 oleh Tom Hanks, kemudian Warren Beatty, Robert De Niro, Gene Hackman, James Earl Jones, Paul Newman, Jack Nicholson, Al Pacino and John Wayne dengan 3 film. Artis Diane Keaton menyumbang 4 film serta 3 untuk putri Grace Kelly.

Baiklah, bagaimanapun seleksi telah melibatkan 1.500 juri yang terdiri dari kalangan wartawan seni, kelompok kreatif, pekerja film (sutradara, penulis skenario, artis, editor, dan sineas), kritikus, bahkan ahli sejarah. Melalui 100 judul film klasik terbaik sepanjang masa, dapat dipelajari banyak hal seperti aspek sejarah, biografi ternama, perubahan budaya, ragam bahasa, pola berfikir, emosi dan khayalan, hingga perkembangan ilmu dan tehnologi disamping aspek hiburan. American Film Institute yang berpusat di Los Angeles telah memilih 10 film popular (Hollywood) terbaik berdasarkan 10 kategori utama. Sedangkan kriteria pemilihan film yang diseleksi mencakup berbagai aspek, yakni:
- Feature-length: Durasi tayang minimal 60 menit;
- American Film: Film berbahasa dan diproduksi oleh Amerika, dirilis sebelum tanggal 1 Januari 2008;
- Critical Recognition: Terpuji, yakni pernah tayang serta mendapat status pujian resmi;
- Major Award Winner: Pernah mendapat penghargaan khusus dalam ajang kompetisi;
- Popularity Over Time: Faktor popularitas yakni berupa kesuksesan secara box office atau sejenisnya;
- Historical Significance: Dianggap sanggup memberi kontribusi aktif bagi perkembangan dunia per-film-an;
- Cultural Impact: Dianggap memberikan kontribusi bagi masyarakat global dan kebudayaan secara umum.
KATEGORI ANIMASI :
01. Snow White & The Seven Dwarfs, 1937
02. Pinocchio, 1940
03. Bambi, 1942
04. The Lion King, 1994
05. Fantasia, 1940
06. Toy Story, 1995
07. Beauty And The Beast, 1991
08. Shrek, 2001
09. Cinderella, 1950
10. Finding Nemo, 2003
KATEGORI FANTASY :
01. The Wizard Of Oz, 1939
02. LOTR: The Fellowship Of The Ring, 2001
03. It's A Wonderful Life, 1946
04. King Kong, 1933
05. Miracle On 34th Street, 1947
06. Field Of Dreams, 1989
07. Harvey, 1950
08. Groundhog Day, 1993
09. Who Framed Roger Rabbit, 1988
10. Big, 1988
KATEGORI GANGSTER :
01. The Godfather, 1972
02. Goodfellas, 1990
03. The Godfather II, 1974
04. White Heat, 1949
05. Bonnie & Clyde, 1967
06. Scarface The Shame Of A Nation, 1932
07. Pulp Fiction, 1994
08. The Public Enemy, 1931
09. Little Caesar, 1930
10. Scarface, 1983
SCIENCE FICTIONS :
01. 2001 - A Space Odyssey,1968
02. Star Wars IV: A New Hope, 1977
03. The Extra Terrestrial, 1982
04. A Clockwork Orange, 1971
05. The Day The Earth Stood Still, 1951
06. Blade Runner, 1982
07. Alien, 1979
08. Terminator 2: Judgement Day, 1991
09. Invasion Of The Body Snatchers, 1956
10. Back To The Future, 1985
KATEGORI WESTERN :
01. The Searchers, 1956
02. High Noon, 1952
03. Shane, 1953
04. Unforgiven, 1992
05. Red River, 1948
06. The Wild Bunch, 1969
07. Butch Cassidy & The Sundance Kid, 1969
08. Mccabe & Mrs. Miller, 1971
09. Stagecoach, 1939
10. Cat Ballou, 1965
KATEGORI SPORT :
01. Raging Bull, 1980
02. Rocky, 1976
03. The Pride Of The Yankees, 1942
04. Hoosiers, 1986
05. Bull Durham, 1988
06. The Hustler, 1961
07. Caddyshack, 1980
08. Breaking Away, 1979
09. National Velvet, 1944
10. Jerry Maguire, 1996
KATEGORI MISTERY :
01. Vertigo, 1958
02. Chinatown, 1974
03. Rear Window, 1954
04. Laura, 1944
05. The Third Man, 1949
06. The Maltese Falcon, 1941
07. North By Northwest, 1959
08. Blue Velvet, 1986
09. Dial M For Murder, 1954
10. The Usual Suspects, 1995
ROMANTIC COMEDIES :
01. City Light, 1931
02. Annie Hall, 1977
03. It Happened One Night, 1934
04. Roman Holiday, 1953
05. The Philadelphia Story, 1940
06. When Harry Met Sally, 1989
07. Adam's Rib, 1949
08. Moonstruck, 1987
09. Harold And Maude, 1971
10. Sleepless In Seattle, 1993
COURTROOM DRAMAS :
01. To Kill A Mockingbird, 1962
02. 12 Angry Men, 1957
03. Kramer Vs Kramer, 1979
04. The Verdict, 1982
05. A Few Good Men, 1992
06. Witness For The Prosecution, 1957
07. Anatomy Of A Murder, 1959
08. In Cold Blood, 1967
09. A Cry In The Dark, 1988
10. Judgment At Nuremberg, 1961
KATEGORI EPIC :
01. Lawrence Of Arabia, 1962
02. Ben-Hur, 1959
03. Schinder's List, 1993
04. Gone With The Wind, 1939
05. Spartacus, 1960
06. Titanic, 1997
07. All Quiet On The Western Front, 1930
08. Saving Private Ryan, 1998
09. Reds, 1981
10. The Ten Commandments, 1956
[source : http://www.afi.com/10top10/]
-duke-

Read more...

Up In The Air

Posted in
As the tagline says, *this is a story of a man ready to make a connection*. So simpel sekaligus complicated, teramat kompleks tapi juga bisa menjadi sederhana. This is a drama with an examination of the human condition as personified by one man's quest to live out of a suitcase while enjoying a hassle-free, relationship independent lifestyle. Instead of a political satire that pokes a stick at the tobacco industry (of Thank You For Smoking) or a witty morality tale about teen pregnancy and adoption (of Juno), the director Jason Reitman -who wrote all those three scripts- explores the theme of isolation in an on-line networking era. When Facebook friendships provide ever increasing opportunities to replace face-to-face relationships with avatars made to resemble the people we know and love. Up In The Air walks a very delicate line between comedy and satire, it hopes will spark questions about the nature of the relationships and the consequences of all decisions to connect each in the digital age.

Kisah diwakili tentang sosok karir yg mungkin gak jamak buat di Indonesia, yakni 'corporate downsizer'. Yakni jasa konsultan dgn tugas spesial sbg 'tukang mecatin pegawai'. Bukanlah pekerjaan yg gampang, terutama saat pihak HRD kadang gak punya 'tega' buat mutusin karir seseorang. Apalagi menyangkut pegawai yg loyal dan kadang dieksekusi tanpa alasan disiplin kecuali problem internal perusahaan yg nyaris bangkrut, efesiensi demi krisis, unsur fabrikasi, dst. Untuk peran itulah sosok George Clooney 'pasang badan', disertai embel2 jurus mulia ala motivatorist 'untuk membantu' mereka yg akan dipecat agar bisa menemukan potensi lain di diri masing2 setelah terbebas dari bangku rutinitas di kantor. Pemahaman tiap figur maupun kisah yg mewakili karakter film ini, masih diupayakan aman dan terjaga dari spoiler ;o)
*Anda tau kan, who ever built an empire, or changed the world?
Mereka ternyata pernah mengalami pemecatan seperti anda. And it's
*because* they sat there (dipecat), they were able to do it sbg manusia yg baru.
Maka pemecatan ini justru sebuah anugerah bagi potensi anda*
Resiko tentu ada, umumnya si pegawai bersikap histeris walau pasrah menerima. Maka ada yg beneran jadi punya banyak waktu untuk keluarga sembari mencoba bisnis rumahan, atau yg fatal adalah luncat bunuh diri dari jembatan. Tapi Clooney sukses memerankan agen yg baik sekaligus prospek bagus buat bisnis di Indonesia (who knows?). Doi tampil percaya diri dgn jadwal teramat ketat, terbang sini sonoh, cuma sempat pulang basa-basi ke rumahnya cukup empat hari tiap bulan ato 40 hari dalam setaon. Rutinitas berbalut dinamika seperti inilah yg ditawarkan mewakili kehidupan saat ini, serba digital serta instant sekaligus mementingkan objektivitas. Sutradara Jason Reitman yg punya rekomendasi yahud lewat film 'dialog cerdas keseharian dan minim aksi' seperti Juno maupun Thank You For Smoking, kali ini patut dipuji lagi magic touchnya. Juno tampil dalam kemelut beberapa pihak namun begitu dewasa saat menghadapi kehamilan mudanya. Begitupun adu argue ala Thank You For Smoking yg telah menjadi 'cult' terutama 'the MOD Squad' (sebutan bagi 3 sahabat yg menamakan dirinya Merchants Of Death, yakni si penjual senjata, si penjual alkohol, dan tentu si penjual tembakau - rokok) nan legendaris. Semua tampil lagi dan dirangkum dalam topik berbeda lewat tokoh sentral George Clooney.
Bagaimana jadinya saat Clooney mendapat fakta bahwa giliran di kantornya telah terancam isu pemecatan termasuk status dan fasilitas dirinya? Terutama kehadiran seorang 'fresh graduate' yg mengusulkan efesiensi 'rasionalisasi' via online seperti penggunaan skype. Juga berarti akan mengancam kebiasannya untuk tugas terbang yg telah menjadi candu tersendiri. Maka konflik keduanya dibentrokkan, merekapun harus terbang bersama untuk sekaligus dapat saling tukar pengalaman ato memahami pekerjaan masing2 secara langsung. Tentulah sbg experties dan senior, Clooney tampil lebih dominan terhadap koleganya yg masih kencur mengandalkan teori.
+: Liat antrian jompo itu? Mereka bakal ngabisin waktu lama. Tapi liat rombongan Asia di sana, bergabunglah. Mereka ringkas dan terbiasa buru2, maka selalu antrilah di belakang Jepang itu.
-: Kok jadi rasis gini sih?
+: Katakan gw stereotipe, kayak nyokap gw. Itu bukan rasis, tapi namanya : gesit!

Clooney merasa hidupnya telah sempurna serta menikmati kegiatan berpindah di tiap bandara sbg rumah yg sesungguhnya. Filosofi yg tentu berseberangan dgn prinsip berhubungan maya ala on-line, yg menurutnya telah menghambat sentuhan personal. *Untuk bisa kenal gw, anda harus ikut terbang bareng. Karena di udaralah tempat gw tinggal*. Lantas dalam rangka 'memberi pelajaran nyata' kepada si ingusan yg begitu bangga akan ide program online-nya, Clooney dapat kesempatan itu saat menghibur doi ketika diputusin mendadak oleh cowoknya.
-: Masak sih doi broke up by text message (SMS)?
+: Wow .. udah persis getting fired by online, ya kan?
Namun terbalik dgn prinsip pendekatan personalnya, Clooney justru alergi dgn hubungan personal secara nyata. Ia menghindari pertemuan keluarga sekaligus gak minat pada ikatan kekeluargaan. Prinsip ini didukung keyakinannya sbg motivator ulung dgn paham, *Semakin sedikit beban dan tanggungan anda, semakin indahlah hidup ini*. Maka ketika Clooney telah menemukan seorang sparring partner pada sosok cewek 'frequent flyer' seperti dirinya, bagaikan pertemuan jodoh tanpa komitment. Mereka saling adu koleksi kartu terbang ato perlengkapan instant berupa 'smart cards', voucher hotel, dst. Walau sensasi itu hanya terjadi di tiap bandara, tempat pertemuan mereka saat jedah atau persinggahan saat berpapasan tugas. Pola "just one night stand" menurut pemenuhan kebutuhan instant masing2 namun telah melambangkan inter-connection between them.

Apa daya petualangan yg dianggap sbg satu paket dari pekerjaan dan 'seni terbang' itu, kelak menjerat Clooney dalam pemahaman baru baginya. Berupa sensasi yg selama ini hilang bahkan dikuburnya, yakni makna sebuah hubungan intim yg permanen dan secure. Faktor inilah yg menjadi twisting ending namun manis, bagaikan jawaban tanpa pertanyaan. Apalagi dari pihak keluarganya selalu menggugat sosok Clooney yg selama ini berkesan gak butuh relasi, kecuali asik dgn koneksi bisnis berikut ritual terbang sbg simbol independent dan kebebasan.
-: Lo selalu terbang, gak inget keluarga. Kok kayak terisolir sih?
+: Terisolir? Gw lagi dikeruminin (di bandara yg rame gini) kok!
Pesan moralnya adalah, kenalilah diri sendiri sebelum bisa mengenal orang lain. Saat anda membutuhkan resep jitu tentang makna kesepian di tengah keramaian, sebaliknya merasa ramai dikala sendirian, atau merasa trampil dan selalu bisa tampil seperti elang sendirian di luasnya angkasa, maka gak salah untuk sejenak mencerna tiap adegan di film ini. Pada dasarnya semua memiliki batas, bahkan luasnya langit yg seolah terbentang tak terbatas. Pepatah kadang terbukti benar, setinggi elang terbang toh perlu berpijak pula dan menetap di atas tanah sbg rencana yg permanen. Walaupun ironisnya, kadang berlaku pula pepatah lain, *Setiap kali sesuatu direncanakan, justru terjadilah twisting amburadul yg sebaliknya*.

Apakah benar jika seorang -ehm- lelaki mulai serius untuk berencana, saat itulah Tuhan malah tertawa? Seperti kampanye Obama yg pernah merencanakan program kesehatan bagi masyarakatnya :
Kami coba membuat anda gak menderita lagi karena penyakit.
Dan jikapun suatu saat anda diderita oleh suatu penyakit,
maka rencana berikutnya, 'Die Quickly' sajalah ehehee
-duke-

Read more...

Lemony Snicket's A Series Of Unfortunate Events

You ever want something
That you know you shouldn't have
The more you know you shouldn't have it
The more you want it
And then one day .. you get it
And it's so good to you
Ada banyak alasan maupun ekspresi seseorang, untuk menyatakan bahwa dirinya sedang tertimpa kemalangan. Ketika petaka itu muncul laksana sejuta topan badai dan langit runtuh menimpa kepala, adalah semacam lambang bahwa masalahnya begitu berat ditanggung. Serta pembenaran sepihak bahwa gak ada lagi petaka lain yg bisa lebih laknat dari kemalangannya itu. Mirip dangdut "paling malang sedunia", bahwa masalahku lebih berat daripada masalahmu. Padahal siapa sih yg gak pernah terlibat masalah? "Nobody's know the trouble I've seen", ungkapan paling manusiawi sekaligus egois, menunjukkan betapa pentingnya seseorang. Meski harus ditunjukkan melalui kemalangan (musibah kok dibanggakan?), menjadi sebuah komoditas tersendiri. Masih ingat betapa tersinggungnya seorang kepala daerah ketika pemberitaan menyudutkan wilayahnya sbg termiskin se Indonesia. Namun ketika pemerintah menyodorkan bantuan berupa anggaran bagi wilayah miskin, berbondonglah para kepala daerah menyatakan kemiskinannya. Sehingga gak jelas lagi dimana bencananya, pada data kemalangan ataukah prilaku yg mestinya menjadi musibah akut.
Eksploitasi kemalangan berupa sekuel musibah telah diterjemahkan dalam sebuah naskah fiksi "A Series of Unfortunate Events". Ada 13 buku yg kemudian diterjemahkan lewat narasi penggambaran self-personifikasi tokoh Lemony Snicket bersama tiga anaknya keluarga Baudelaire. "Perkenalkan, si sulung adalah gadis belia bernama Violet, who loves to execute dan senang mencoba hal baru. Adik lelakinya bernama Klaus, he loved to read dan terobsesi dgn kata-kata. Sunny si bungsu yg masih bayi, senang mengoceh dgn bahasa yg hanya dimengerti oleh kedua saudaranya. And she loved to bite, ngigitin benda apa aja. Lalu, oh ya .. Namaku Lemony Snicket, and it's my duty to tell you their tale. Selanjutnya kita bisa memulai kisah ini dgn .. the precise cause of the Baudelaire fire, kemalangan besar berupa kebakaran di rumah keluarga Baudelarie, but just like that .. Selanjutnya, sang yatim piatu Baudelaire harus hidup dlm situasi baru yang suram. Kisah the Baudelaire orphans berikut setiap rangkaian kemalangannya sbg pelajaran hidup nan berharga".
Wonder this time where shes gone
Wonder if she's gone to stay
Ain't no sunshine when she's gone
And this house just ain't no home
Anytime she goes away (anytime she goes away)

Pilihan nuansa gothic bergaya Tim Burton maupun semangat petualangan noir ala Harry Potter, ketiga orphan ini mesti melalui tiap 'percobaan'. Terutama saat mesti berhubungan dgn karakter utama Count Olaf, yg selalu merasa bisa memahami serta merekayasa keinginannya. Serta yg terutama, peran Count Olay sungguh berbakat meramu berbagai kemalangan berikut rekayasa. Akibatnya gak terlalu susah menebak, juga jago ngeles dan muter2 umumnya para pesilat lidah. "Ooo beef, yes. A roast beef. It's the Swedish term for 'Beef that has been roasted'. Tentu ia pintar membungkus nilai kemalangan bukan sbg bencana, namun kemalangan adalah sbg aset tergantung penggunaannya terutama menurut kepentingan. Apakah setiap rambut yg tumbuh di kepala adalah kemalangan bagi bisnis barbershop?

Para figuran lain yg mewarnai serial kemalangan agar dramatis, antara lain paman Montgomery dan istrinya, Josephine. Juga aktor Dustin Hofman walau berkesan numpang liwat, karena porsi utama ada pada tiga yatim piatu bersaudara. Penampilan Violet (Emily Browning, kelahiran Melbourne) mengingatkan pada Juliette Lewis. Sang sutradara Brad Silberling (pernah dgn sentimentil menggarap "City of Angel") berusaha memberi patron baru pada kisah anak modern, selain unsur sihir melalui jenis Harry Potter maupun aksi anti hero semacam Shrek. Lemony Snicket digunakan sbg pembawa pesan mengenai makna kemalangan, sesungguhnya menyimpan beragam kebahagiaan pada waktunya. Bencana hanya wacana yg dapat digunakan manusia untuk menutupi kebenaran, apalagi jika dikaitkan dgn nasib atau takdir. Manusialah yg menyebut kebakaran dan kematian sbg kemalangan, sbg komoditas, tanpa perlu merenungi proses keseimbangan atau siklus kehidupan.
Maka pilihan Jude Law sbg narrator konyol pemeran Lemony Snicket, dapat mewakili pesan Daniel Handler selaku pengarang serial buku. Naskah humor hitam berbalur satire kehidupan, secara komikal disimbolkan lewat peran Jim Carey sbg Count Olaf (dan tiga peran lainnya) yg menggunakan kemalangan sbg aset. Semakin kemalangan orang lain ia nikmati, semakin karam pula ia dalam bencana. Dan seperti kotak pandora telah dibuka, ada pengharapan yg patut dikeluarkan. Franklin D. Roosevelt pernah berujar, "In politics, nothing happens by accident. If it happens, you can bet it was planned that way". Gak ada yg kebetulan dalam politik, jikapun terjadi, itu bagian dari politik sendiri. Ketika dijabarkan dalam kemalangan beruntun, memang gak ada yg kebetulan di situ. Namun rencana objektifnya bukanlah kemalangan baru, melainkan "Pasti muncul pelangi setelah badai, bukan matahari itu malah padam".
Tentu anda bisa menjadikannya subjektif, apalagi bagi si buta warna. Hanya untuk menutupi kemalangan gak bisa menikmati makna tiap garis pelangi. Dan itulah bencanamu sendiri.
I ought to leave the young thing alone
Ain't no sunshine when she's gone
(Ain't no sunshine when she's gone)
Only darkness everyday
("Ain't No Sunshine" - Bill Whiters)
-duke-

Read more...

W.A.N.T.E.D

Posted in
How far you know about destiny and blind faith?
If you believe in God, the Bible does not require complete about blind faith. He tells his children to "test" everything. According to Romans 1:20, "For since the creation of the world God's invisible qualities, His eternal power and divine nature have been clearly seen, being understood from what has been made, so that men are without excuse". When we use that quotes to Wanted, this movie is anti-God. Fate is the god of this fictional world. Whoever fate decides to kill, the assassins are expected to never question, but to deliver the murder. When the assassin gets his first killing assignment from the Loom of Fates, he does not go through with the murder. He naturally questions the assignment, stating that he does not know his target. Is the man evil? What wrong has he done? The Leader condemns this questioning, and the assassin eventually carries out the first of many murders. In short, to be a member of the Fraternity, one has to have complete, blind faith that the code is being decoded accurately.
* BLIND FAITH (spoiler alert):
Adegan setelah Wesley menembak "Cross, sang pemburu", yg diyakininya adalah pembunuh ayah kandungnya yg berjulukan The Killer. Keyakinan itu tumbuh berdasarkan doktrin, sekaligus doktrin itu pulalah yg telah membutakannya.

[Wesley]: Kau sebetulnya tau semua ini, kan?
[Fox]: Yep!
[Wesley]: Dan .. kau biarkan saja?
[Fox]: Yep!
[Wesley]: Why?
[Fox]: Karena hanya kau satu-satunya yg bisa memburu dan membunuhnya, tanpa akan dibunuh olehnya. Karena dia memang ayahmu sebenarnya.

* SINOPSIS:
Wesley (James McAvoy) seorang akuntan kantor biasa, dengan hidup menyedihkan as a loser become serta tanpa asal usul jelas. Kondisinya selalu cekak, suasana kantor penuh depresif. Serta hubungan sosialnya sbg pecundang, telah mengintimidasi sekaligus rentan dgn gangguan jantung yg berakibat ketergantungan pil anti depresi. Hingga suatu pertemuan dgn seorang wanita yg telah melindunginya dari peristiwa serangan terhadapnya yg tak dipahami. Pertemuan "kebetulan" itu kemudian membawanya ke arah penyingkapan misteri jati dirinya yg tak pernah terungkapkan, serta mengundangnya ke satu perkumpulan teramat rahasia.

Bukan perkumpulan sembarangan, karena bukan untuk publik dan memiliki reputasi yg wajib dirahasiakan. Mereka menjalankan misi khusus, berikut rekruitmen yg rumit. Sang wanita yg berjulukan Fox (Angeline Jolie) kemudian berperan sbg mentor pribadi yg juga membuka mata Wesley; "A zero to hero wannabe". Berikut doktrin bahwa peristiwa itu bukan kebetulan belaka, tapi akan terjadi. Karena ayah Wesley pernah bergabung dan memiliki reputasi khusus. Maka iapun terobsesi menjadi pewaris nama besar ayahnya, sang pembunuh legendaris dalam komunitas purba bernama Fraternity.
* FRATERNITY OF ASSASSINS:
Adalah sebutan perkumpulan pembunuh rahasia, konon dibentuk dari kebudayaan bohemian purba yg kini secara geografis terletak di wilayah Morivia yg juga sbg leluhur bangsa Cheko. Menurut Sloan, sang pemimpin Fraternity di film, perkumpulan ini dibentuk untuk menjaga keseimbangan dunia dari para pengancam kehidupan. Maka mereka bertugas membunuh dan menyebut ajal korbannya sbg takdir, berdasarkan nama yg muncul dari kode rahasia (binary) tenunan. Adapun doktrin utama sbg landasan eksekusi itu diselubungi dgn paham mulia, "Dengan membunuh satu orang, akan menyelamatkan ribuan tak berdosa lainnya".

Selaku akan tampil sbg eksekutor, rekruitment calon anggota dilakukan secara rahasia dan diutamakan memiliki latar belakang hidup yg kelam. Faktor yg dibutuhkan untuk sanggup mengatasi pola hidup stress, tertekan sekaligus mampu mengendalikan puncak adrenalin dlm memberi efek reaksi, daya tahan dan kemampuan di atas manusia normal. Walaupun mereka bekerja secara tim, namun faktor individual amat dibutuhkan melalui pelatihan fisik dan mental di atas batas manusia. Juga satu ciri dan andalan para pembunuh ini adalah kemampuan untuk menembakkan peluru lengkung, mirip tendangannya David Beckham. Yep, "Bend it like Beckham!"
* WOW FACTOR:
Satu lagi film laga adaptasi komik, karya Mark Millar. Mengenai dunia tanpa super hero namun dikontrol kumpulan pembunuh dari belakang layar. Maka cara jitu menghadapi sosok jago pembunuh adalah menghadapkan lawan dari dalam, yakni si anaknya sendiri. Tentu lewat serangkaian cuci otak sekaligus potensi twist ending. Jika anda pecinta Jolie, gak perlu ragu sekaligus mengingatkan pada film sejenis "Mr & Mrs Smith". Tapi buatku, faktor Jolie inilah yg justru sempat mengurungkan niat untuk nonton. Hanya karena ada pertemuan dgn rekan multiplyer Tjamboek Berdoeri yg lama gak ketemu, akhirnya jadi nonton bareng. Sekaligus komentarku setelah adegan 10 mnt pertama berjalan, "Ok deh Wie, nice movie .. bolehlah mirip Kill Bill ehehee".

Film ini sekaligus memperkenalkanku pada sutradara beken Rusia namun baru pertama kali muncul di Hollywood. Wanted juga karya pertamanya dalam menggunakan bahasa Inggris, Timur Bekmambetov. Konon filmnya yg berjudul Night Watch sanggup mengungguli fenomena film Lord Of The Ring di Rusia. Hmmm .. boleh masuk daftar hunting DVD nih.
* SPOOF:
Pembentukan karakter pecundang Wesley yg kemudian meledak, rasanya cocok dan disukai para penonton. Apalagi yg kehidupan kesehariannya selalu suntuk, walau gak perlu menjadi pecundang dulu. Salah satunya lewat adegan komikal gelap ketika akhirnya Wesley sanggup menghardik bossnya yg super montok itu. Lalu adegan menghajar muka "he is the man", sang sahabat yg kemudian meniduri pacarnya, lumayan indah. Tehnik slow motion menghajar wajah dgn ergonomic keyboard kesayangan yg tombolnya berserakan dan terbaca susunan karakter f.u.c.k.y.o.u, berikut sepotong geraham copot yg nimbrung melayang. Truly memorable.
[Wesley]: I'm .. sorry
[Fox]: You apologize too much
[Wesley]: Well, sorry about that!
-duke-

Read more...

"War Is A Drug" (Hurt Locker)

Posted in
When the movie starts with the tagline "War Is A Drug", seems it's true when the American soldiers takes the concept of war that way. The movie portrays the life of an American soldier inactive battle field and the way it affects his life and his thinking. Lantas apa yg menjadikan film ini pantas dibicarakan lebih? Kontroversi Oscar berikut kejutan saat ditendangnya raksasa biru Avatar sbg pertempuran simbolis mantan pasangan suami istri? Atau inikah film berbiaya murah ala indie paling realistis tentang perang dan disanjung kritikus sekaligus mendapat penghargaan "very dumb action movie" di tahun yg sama? All those things are true, but because of one another reason. Hurt Locker is an effective Iraq War movie and it focuses on the actions of its characters rather than the big speeches they make about the moral or political worthiness of the war. And it comes off as a smart action movie because the characters, the dangers, and the stakes all feel very real thanks to the Iraq setting.

'Hurt Locker' adalah istilah keseharian yg kira2 bermakna 'tempat pesakitan', atau 'lokasi berpotensi cidera menyakitkan', atau arti khusus dlm konteks perang yakni 'lokasi yg berpotensi meledak'. Rujukan ini menjadi lebih popular sekaligus spesifik melalui okupasi Irak ato juga disebut Perang Teluk III periode 2003, dan Hurt Locker tampil relevan lewat kiprah tim khusus penjinak bom (Explosive Ordnance Disposal). Maka dalam terjemahan terkini terkait keberhasilan film The Hurt Locker yg merajai ajang Oscar 2009 sekaligus prestasi sutradara perempuan pertama peraih penghargaan, adalah berkutat seputar pasukan elit EOD tsb. "Kebetulan" mengambil latar belakang di Baghdad, begitu saja.
Apa yg membuat skenario sederhana ini menarik, sekaligus ada benang merah dgn konteks serupa melalui film 'Green Zone'. Meskipun kedua film ini merupakan fiksi, namun disadur dari karya jurnalistik antara lain artikel 'The Man in the Bomb Suit' untuk The Hurt Locker. Sementara tagline 'War Is A Drug', rasanya boleh debatable. Saat sang tokoh utama si penjinak bom dgn reputasi khusus itu akhirnya kembali ke rumah bertemu keluarga, ia merasa hidupnya hampa. Selanjutnya gampang diterka, si tokoh lebih membutuhkan sesuatu yg sanggup memacu adrenalin sebagaimana ia 'hidup' dan bermakna dgn menundukkan setiap jenis bom, bertualang memburu musuh, perang sebenarnya. Tentu ini bukan perkara chauvinis semata, melainkan ada 'kecanduan'.
You have to be brave,
You have to be crazy,
You have to be brave ..
And you have to be the best!
Eksistensi tiap orang emang berbeda dan khas. Menjadi orang penting sbg aktor utama di medan perang, adalah salah satu tujuan dan panggung hidupnya. Menjadi orang biasa yg berarti siap sbg figuran adalah salah satu pilihan, tapi biasanya bukan pilihan utama. Tentu saja ia memiliki keyakinan yg cukup untuk menjalani tiap detail hidupnya, seolah bersiap menjalani sekuel adegan ke berikutnya:
*There's enough bang in there to blow us all to Yesus.
So, when I'm gonna die, I want to die comfortable .. soon!*

Begitu enteng namun nyata, keyakinan atas pilihan berikut segala tindakannya. Sekaligus ringan sebagaimana santainya ia ketika ditangkap oleh patroli malam:

(-) : Prajurit, ngapain kamu ada di luar tangsi malam begini?
(+): Iseng ajah, just visiting a whorehouse.
(-) : Oh ok, masuk! Psstt, will you tell me where it is exactly?

Ketika seseorang berhubungan dgn 'kecanduan', semua tujuan emang jadi tampak sama. Yang membedakan hanyalah proses dan peristiwanya, tentu sasarannya ada pada "sensasi". Simbol ini diwakili melalui tokoh utama yg selalu merokok tanpa henti, ia hanya bisa berhenti saat sedang menikmati sensasi menundukkan bom. Sekali lagi, kebetulan latar belakangnya adalah perang, sehingga harus menyesuaikan. Maka ketika latar belakangnya berpindah ke rumah yg monoton untuk dibandingkan dgn medan tempur nan riuh, taraf sensasinyapun berubah. Orang seperti ini tipikal yg selalu membutuhkan Hurt Locker.
Jadi ketika The Hurt Locker lebih cocok disebut sbg film drama, itu sah saja. Hanya kebetulan mengambil latar belakang perang, dan berlokasi di Baghdad. Tapi rasanya bukan jadi kebetulan, jika tragedi perang Irak lantas dibelokkan menjadi sebuah drama. Dan faktor inilah yg rasanya dibutuhkan Amerika, termasuk panitia Academy Oscar yg seolah mendapat bahan. Perang butuh propaganda, termasuk untuk menutupi jejaknya. It makes no political statement about the right or wrong of the war. With the way the war is shown on TV news we know about roadside bombs and suicide bombers. So what can this kinda movies tell us about what is going on then especially in Irak?
Probably the most impressed at the way, The Hurt Locker takes a different stance than
the *War is Hell* morale. And we've been seeing over and over, at one blow makes
The Hurt Locker -might be- deserves to win over the Avatar movie.
-duke-

Read more...