Follow me on Twitter RSS FEED
Tampilkan postingan dengan label radio. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label radio. Tampilkan semua postingan

Saat Bulan Di Atas Pontianak

@Ruang Studio (Jam 22.13)
[Announcer]:Well, sobat muda La Palomania .. jumpa lagi bareng Garfield di balik perangkat siar yg selalu menemani dari seputaran jalan Irian. Gimana khabar anda dan .. heiii guess what, ternyata Pontianak tercinta pada kali ini sedang bermandikan cahaya purnama! Apa saja yg bisa dikisahkan lewat suasana sakral begini? Namun pastinya untuk 2 kali 60 menit ke muka di edisi Rabu pekan terakhir bulan ini, bakal meluncur seabreg koleksi asik mengisi paket ritual mingguan .. kita buka semangat musik pembebasan .. Jazz Online!

Kidjoe sang operator membuat kode mengangkat jempol sembari menggeser track mike down, beralih line 3 dan 4 dan player mengangkat Freedomland milik Yellowjackets. Garfield mendengus pelan saat melepas headphone sambil melirik jam, lebih 8 detik dari opening tune Child Anthem yg nyaris jeda. Kidjoe memperhatikan lalu beranjak dari panel mixer setelah merubah switch mikrophone off. Ia menunjuk tumpukkan CD yg tergeletak, Garfield mengangguk sambil meraihnya, "Thanks Joe!", tanpa bersuara. Ada setitik keringat di dahi meluncur, menjadikan mulut sejenak asam. Terkadang yg bikin nikmat saat siaran di shift terakhir begini adalah kebebasan boleh merokok walau AC studio kudu dimatikan. Maka begitu gerakan meraba saku celana terlihat oleh Kidjoe, iapun maklum ritual berikut. Artinya untuk dua jam lagi studio mutlak dikuasai Garfield serta pintu kedap ganda sengaja dibiarkan terbuka, sekaligus menghalangi stiker "No Smoking" di kaca sebaliknya. Setelah menggeser asbak, Garfield meraih Log Book memeriksa list songs di sesi pertama. Pada manual skedul tertulis "rutin", berarti gak ada paket sisipan maupun add lips khusus. Jadwal iklan malam ternyata sudah dicicil sang operator saat peralihan waktu, maka 45 menit awal dapat disusun aroma Jazz tempo cepat sebelum masuk ke topik mingguan. Tema yg sudah disiapkan adalah khasanah Jazz yg sukses mendaur ulang karya lawas, misalnya Cantaloup, Groovin High, juga Birdland versi vocal Manhattan Transfer. Garfield mencopot bandana sambil mengurai rambutnya, meraih kantong jaket dan mengeluarkan CD Digable Planets, Arturo Sandoval termasuk album Casiopea format konser bertajuk World Tour'88 untuk menambah noise.

[Announcer]: Absolutely this night will be wild guys! Kita naikkan tensi untuk menari di bawah purnama, tensi dimana Jazz bergelora, tensi yg mengiringi peradaban sejak purba hingga mengenal musik berselera .. Sobat muda, even today .. since since someone started looking for something at the sky and after they walked on the Moon to know exactly what it is, it continues to be and always will be a great inspiration to all of songwriters across the world to make beautiful songs. Dan salah satunya datang dari Jepang yg punya cerita tentang seorang puteri, beri waktu untuk Casiopea yg penuh gemuruh saat mereka tampil di pentas London .. Princess Moon.

Garfield menikmati sensasi konser lewat volume optimal via headphone, asap bergulung di wajahnya membentuk ilusi. Semacam preparasi mendaki untuk memasuki twillite zone, ekstasi yg selalu dinikmatinya tiap awal siaran. Euphoria itupun terus merasuk dan dituntun silih berganti dgn rangkaian Colibri dari Incognito, menurun lewat running piano Andrew Previn untuk digeber lagi Why Not versi Michel Camilo. But hey, kemana nuansa lagu2 terinspirasi bulan yg tadi sempat disinggungnya? Kenapa tidak, jika topik kali ini khusus untuk membahas tentang purnama saja? Lagian malam ini memang terasa gejala gak biasa, ketika siluet wajah itu masih tak mau lepas sejak sore tadi. Malah jadi liar berkeliling di seputar bilik studio, bahkan mulai menari berloncatan ke atas mixer. What a hell? Ada sebentuk raut berambut panjang dgn garis bibir nan bagus, berkelebat menggurat bayangan kelam serupa kulit tubuhnya yg memang legam dipadu tatap mata yg kini jadi dirindukkan Garfield. Setitik keringat yg tadi mulai membentuk garis bening di dahi Garfield, terasa dingin dan reflek mengundang buat mengacak rambut tanpa gatal. Gerangan apa sih yg sanggup membagi perhatian, terlebih saat sedang on air begini? Garfield yg terbiasa percaya diri dan penuh kontrol saat siaran, bahkan kebakaranpun gak mungkin sanggup menghentikkan laju acaranya, konsentrasinya sejenak bercabang. Bahkan Kidjoe merasa perlu untuk mengetuk kaca pemisah ruang operator lantaran kodenya gak ditanggapi si penyiar, All Over You teriakan Mark "Level 42" King semakin sayup pertanda Garfield harus segera menyambar mike.

@Ruang Studio (Jam 22.56)
[Announcer]: Beberapa rangkaian nomor pemanasan menuju topik pekan ini, maka sobat muda akan saya ajak ke dalam suasana malam yg justru terang benderang. Bukan lantaran amit2 ada kebakaran di rumah tetangga atau bangun tidur kesiangan, namun suasana purnama yg sedang coba kita nikmati seperti saat sekarang.There is a full moon outside and it is especially stunning to me. Just look and it is huge, bright and shining though the windowpane, how about yours sobat muda? The moment got me thinking about songs that have been inspired by the moon, and believe me ada termasuk beberapa khasanah Jazz yg nanti akan meluncur. In fact, songs about the moon probably go back to the very first humans to ever write songs. Although we never hear those early compositions, but we have thousands of modern moon songs to choose from. Sudah pada nonton film Interview With The Vampire 'kan? Film adaptasi novel lawas berjudul sama ini ternyata favoritnya Sting. Konon waktu sahabatnya Andy Summers si gitaris The Police pernah meminjamkan buku Interview With The Vampire, Sting lantas berminat membuat satu lagu. Idenya dicampur saat ia sering jalan malam di Bourbon Street, lalu seolah ada yg membayangi langkahnya secara misterius. Mestinya sih diikuti vampire sesuai ide dari buku, tapi kemudian dirubahnya jadi manusia serigala biar gak kena kasus penjiplakan. So, it's not about vampire but werewolf under the moonlight, that's why Sting is howling like a wolf at the end of his song. Sobat muda, berikut dari album Dream Of The Blue Turtles tahun 1985, sahabat kita Sting.

Sejenak musik merayap khusuk, tapi perhatikanlah Garfield .. bukannya terbawa suasana namun hitunglah sudah beberapa kali menghela nafas tanpa sadar. Kayaknya asli memang lagi gak sadar alias eror. Kali ini Kidjoe gak pakai ketuk kaca, tapi langsung keluar ruang operator untuk menepuk pundak Garfield di ruang studio, "Ente kelamaan ngocehnya, boss!". Saking gak sadarnya, Garfield gagal terkejut ditepuk mendadak, "Gwe emang gak konsen nih Joe, sambung satu lagi deh .. terserah ente". Runyam, berarti Kidjoe gak boleh melanjutkan protesnya, lalu menggeser bandana Garfield yg tergeletak lalu pura2 ngacak kantong CD nyari lagu improvisasi tambahan. Sinyal telepon masuk berkedip non stop, luput dari perhatian mereka bahkan gak digubris. Biasanya ada interaktif jika si penyiar mengundang, atau sekedar request. Yang terjadi Garfield makin tertunduk seolah memperhatikan sesuatu sedang menari di pojok kaki bangkunya secara lesu seperti mawar direndam yodium. Berkelebat senyum dari bibir bagus itupun merebut gairah siarannya, Kidjoe tanpa paham kisahnya lalu melanjutkan Sting secara gak nyambung dgn George Benson favoritnya yakni Love Of My Life. Garfield terus menunduk gak ngaruh, Kidjoe sok prihatin, "Goblok macam apa sih yg diperbuatnya kali ini?", pikirnya.

@Kamar Tidur (Jam 23.07)
Dearest Diary, lama gak ketemu ya. Malam ini lagi ada cerita seru, soalnya dari sore tadi perasaan malah berdebar terus. Tau mendebarkan kan? Yang heboh gitu loh. Jadinya rada repot nulisnya, tapi gimana lagi dong. Secara hati ini sudah loncat gak keruan. Asal janji gak diketawain aja, Chetos mo sharing ama Dy. Sebetulnya pengen dari kemarin, but ragu aja .. Inget gak doi yg sekarang sering jemput Chetos habis les Inggris, walau mama blon tau. Awas jangan ngadu deh. Tadi kita mampir di es krim .. Eh bentar, denger radio dulu yuk kok ada lagu Love Of My Life ni? Udah tau kan, itu lagu favoritku tuh. Kok doi paham yag, padahal gak pernah pesen loh apalagi acaranya Jazz gini. Dy, kalo diperhatikan bener, walau kesan angkuh dan rambutnya gak kayak diurus, tapi care loh. Trus kalo naik motor emang sengaja gak mo pake helm, alasan buat pake bandana dan bebas ngobrol katanya. Koq bisa dia baik bener ama Chetos? Trus katanya besok mo ngajarin naik motor gedenya itu. Asik kan, blon pernah ada ceweq di sini yg berani naik motor gede. Dia juga mo nurut, kalo bonceng Chetos gak boleh sambil merokok kayak tadi sore. Kebayang deh klo sampai abu rokoknya terbang ke belakang bikin kelilipan, amit2. Makanya kalo boncengan Chetos mau aja diminta peluk pinggangnya, lagian bangku belakang kan tinggi bener. Gak apa kan, sebetulnya sih biasa aja kalo bonceng motor pegang pinggang kok. Trus pas brenti depan rumah, dia mulai suka ngacakin rambutku. Biar jadi kode kita saban pisahan, gitu katanya .. lucu yag

@Ruang Studio (Jam 23.49)
[Announcer]: Jika bulan berikut sensasi purnamanya begitu akrab dgn kita manusia, diyakini bahwa bulan memang memiliki pengaruh signifikan bagi bumi maupun kehidupannya. Secara fisik telah diuji bahwa magnet bulan mempengaruhi pasang surut muka lautan di bumi secara periodik. Sementara psikis diyakini dapat mempengaruhi mental hewan, dimana homo sapiens termasuk di dalamnya, contoh yg popular dikenal adalah berkaitan dgn libido serta emosional bawah sadar. There is much term associated with the Moon including it's responsible for insanity, thus the words lunatic adalah gejala penyimpangan jiwa bahkan lewat mitos seperti manusia serigala. Apapun fenomena terkait dgn bulan rupanya menjadi ilham tersendiri bagi para seniman termasuk pencipta lagu dan musisinya, pada konteks inilah topik acara ini dikemas. Bulan dapat terkait dgn Jazz, most certainly songs were sung even then about this mysterious object in the sky. Ok, this playlist includes my personal picks for the popular Moon Songs ever recorded. Setelah kita lewatkan Man On The Moon milik Trio Rio, lanjut pada rombongan Manhattan Transfer yg berkisah tentang harapan melalui How High The Moon ..

Garfield terkesan mulai adem walau pandangannya tetap suntuk. Asap rokok secara tanpa martabat makin pekat bak foging yg bikin tiap nyamuk dan kecoak studio pingsan. Namun tutur narasi Garfield mulai standard dan back to topic, termasuk ngomel juga lantaran ngeh lagu George Benson pilihan Kidjoe mengudara. Serta dampak dari segala jungkir balik peristiwa siaran kali ini adalah betapa kejamnya Garfield membiarkan sinyal telpon berkelap-kelip tanpa jeda nyaris sejam. Kalaupun pas doi tau ada sinyal masuk, cuma dilirik tanpa selera. "Setelah berabad-abad cinta Jazz dan demi reputasi siaran selama dua taon, koq malam ini bisa dibajak oleh selera cengeng sih? Mirip disiksa pake lagu Kenny G aja", batin Garfield sembari komat-kamit meremas bandananya. Rupanya ada terjadi tubrukan arus proton negatif dgn ion positif menjadi voltase sarap pada otak kecil, berefek korsluiting ringan hingga menohok simpul raganya. Ulu hatipun menanggung dampak mual, perih, kembung serta segala gangguan perut. Semua berlangsung cepat dan nervous seolah berkejaran ala akrobatik vokal Janis Siegel cs, Garfieldpun memberi kode agar Kidjoe langsung masuk bareng It's Only a Paper Moon versi klasik milik Ella Fitzgerald. Hingga akhirnya sekitar 4 menit to midnite tanpa ciri khas berupa closing tunes, Garfield mengenyahkan rokok untuk menyampaikan petuah akhir.

[Announcer]: Boleh saja diyakini, jika dunia berikut kehidupan kita ini bakal berbeda tanpa rembulan. 'Pun sulit diterima jika peradaban gak pernah kenal kalender dan sistem bulanan, apalagi malam yg melulu gelap tanpa purnama. Namun yg wajib diyakini adalah mustahil membahas Jazz tanpa melibatkan sang diva Ella yg masih sayup terdengar, serta atas segalanya adalah pantang bagi sobat muda jika melewatkan Rabu malam tanpa Jazz Online! Melalui topik Bulan di Atas Pontianak includes my personal playlist also anykind stories about particularly Moon Songs, semoga terus memupuk kecintaan plus apresiasi kita terhadap suara peradaban bernama Jazz. Itulah kemampuan yg sanggup mengimprovisasi sesuatu bernama bulan menjadi beragam sebutan seperti Moon, Phobe, Artemis, Thoth, Tsuki-yomi, Chetos .. uhk .. (Garfield spontan tersedak, sejenak leher tersumbat dan mata perih membuat berkunang-kunang .. Kenapa jadi menyebut nama itu? Apa ada telepati terkirim melalui purnama?) Kita lanjut sobat muda, sekaligus salam buat Chetos deh yg bikin saya batuk barusan .. lalu ada Selena, Nana dan akhirnya lewat pamungkas Joe Sample dari album Spellbound. Selamat malam sobat muda, salam Jazz beserta rembulannya, Luna En New York and .. ciaooo

@Kamar Tidur (Jam 24.01)
Tuh kan Dy, dengerin dia kirim salam buat Chetos. Mo telpon dulu ah, katanya dia ngasih hadiah spesial. Bye Diary ..

@Ruang Studio (Jam 23.09)

Garfield menggeleng sambil membereskan CD tapi Kidjoe nekat memaksa, "Penting nih, katanya!!", Kidjoe mengulurkan gagang telpon sambil nyengir tanpa dosa. "Yeep ..!", Garfield masih gak mood, apalagi telpon menjelang midnite biasanya iseng gak jelas. "Heeei, thanx ya lagu Bensonnya .. tapi koq gak sebut buat kamek?", suara yg akhir2 ini mengganggunya kini malah nyerocos, Garfield menahan batuk belagak cool. Kidjoe menyingkir bersama tumpukkan CD ke ruang diskotik. "Kayaknya kok malah gak tau ada lagu Benson tadi", Garfield menyoret tanda siaran di log book kemudian senyap dgn jeda hening sekitar 15 detik setara dua sedotan panjang terakhir. "Knapa sih, marah ama Chetos ya?", suaranya jadi lirih. "Gak laah .. ngantuk sih", Garfield ngeles sambil gagal mengenyahkan raut di senyum bagus itu. "Ngantuk apa suntuk tuh?", sekelebat bayang berambut panjang dgn tatapan lekat yg semestinya dapat ia raih. "Besok es krim lagi yuk, udah itu baru belajar motor", suara itu terus menghampiri namun harus ditepisnya, Kidjoe memberi kode mematikan pemancar. "Ntar dikabarin deh, udah mesti tutup nii .. bye", Garfield sesak sambil menginjak rokok baru yg bahkan belum sempat dinyalakan. Garfield menghimpun nyali dan butuh oksigen segar, meraih bandana lalu menyusul Kidjoe ke teras studio. Bagaimanapun harus dituntaskan, "Gue nitip bandana, buat adik ente. Thanks Joe!".Garfield langsung menunggangi motor dan meraung membelah malam di jalan Irian. Sekaligus lupa kesekian kali helmnya selalu tertinggal di samping studio, meninggalkan Kidjoe yg termanggu. "Pantes kayak kenal suaranya, Chetos itu berarti emang adek ane", gumannya dan tengadah ke langit terang. Taburan kerlip bintang mengawal hikayat purnama kesekian kali, kisah usang terus berulang di tiap insan sepanjang jaman. Chetos merentang lebar tangannya, sekeping purnama menerobos tergeletak di tepi ranjang, ada diary dan tumpukan buku kelas 2 SMP.
Luna en New York ..
Alumbrado neustro amor
Solo tu Y, yoo ..
(Pontianak-Des'94)

Read more...

Mereka Menjual Suara

Posted in
When I was young
I'd listen to the radio
Waitin' for my favorite songs
When they played I'd sing along
It made me smile ..
Konon, suara yang terucap sadar dari bibir manusia serta sanggup menyusun makna, adalah cerminan jiwa sekaligus menunjuknya sebagai mahluk berahlak. Maka lain dengan burung beo pak RT di saat menyapa cewek tetangga, tentu bukan menggoda lantaran naksir. Meski patut curiga ada aktor intelektualnya, karena belum terbukti bahwa bangsa hewan liar telah sanggup menggunakan bahasa verbal untuk berkomunikasi selayak manusia sebagai 'hewan beradab' (homo sapiens). Maka sangat kehilangan martabat jika seseorang telah disebut 'mem-beo', sebab ia mengingkari kodrat sebagai ciptaan tertinggi dalam imam, akal dan budi.
Suara yang menjadi sarana. Adalah seorang bernama Galen, filsuf asal Yunani pernah berujar, "The voice is the mirror of soul!". Apakah seseorang itu sedang bahagia, marah atau berprilaku plin-plan, bahkan menahan emosi, semua kentara lewat getar suaranya. Kesan audial melalui tutur kata juga telah memperkuat imajinasi tertentu. Malah kesaktiannya dapat mengubah suatu kalimat, menciptakan suasana bahkan mempengaruhi khalayak yang mendengarkan. Suara memang mewakili buah pikiran, sekaligus berfikir lewat suara. Sehingga walau cuma bicara omong kosong, keahlian ini terbukti dapat menjadikan anda menjabat menteri kabinet di Republik ini. Tapi kisahnya sih cerita duluuuuu ..

Memang, mulanya adalah perkara suara. Akhirnya dapat menunjukkan watak, lantas identitas yang menjadi citra berikut status. Dari Elvis Presley hingga Oprah Winfrey, Benyamin Suaeb maupun Rebbeca Tumewu dalam konteks lebih umum, merupakan jati diri yang sanggup menggunakan suara sebagai aset profesi. Semakin orang kenal dan suka suaranya, berarti image telah tercipta dan laku. Suara telah menjelma sebagai bentuk komoditi. Di Amerika tahun 20-an atau Jakarta sekitar 70-an saat maraknya radio amatir maupun pemancar gelombang gelap, suara pernah jadi status gaul tertentu. Hobi bergengsi di jalur radio komunikasi maupun gelombang SW (Short Wave) adalah memanfaatkan suara dalam membangun citra tersendiri bagi pelakunya. Hingga dalam istilah ilmu radio, dikenal dengan istilah 'journeyman announcer'.
Terjemahan secara bebasnya berarti 'penyiar dari jalanan'. Yakni karakter yang dianggap mewakili selera tipikal tertentu secara informal. Misalnya suara pria telah diwakilkan bersuara bariton, sementara kaum perempuannya pas dengan alto. Maka kurang lebih si pria akan menyeret vokal bersuara berat, serak-serak basah tapi diupayakan terkontrol. Dengan intonasi agak ogah perlahan, malas tapi garang, sebelum kadang ditutup dengan tawa teratur berjumlah empat ketukan. Tentu pantang jika bunyi tawanya jadi cekikikan. Warisan ini masih tampak pada penyiar senior TVRI yang berangkat dari dunia radio serta tetap dipakai menjadi format khas RRI. Perkara meramu kalimat atau tatanan bahasa, itu gampang dilatih. Penggunaan bahasa Inggris hanya praktis digunakan mengeja judul lagu, toh siarannya tetap wajib berbahasa Indonesia yang baik dan 'bener' serta ditunjang tim penulis naskah atau scripwritter.

Sejalan perkembangan berikut tuntutan persaingan, khusus bagi radio swasta modern ternyata tak lagi terpaku pada urusan suara nge-bas atau merdu merayu. Ia perlu bekal lain sesuai era global ini: figur berpendidikan dan gaul. Announcer bukan sekadar pembaca berita atau hanya pengantar, melainkan pelaku aktif. Penyiar radio kiwari dituntut sebagai penghibur, pewarta informasi, pencipta suasana dan trendy serta sobat kental sebagai teman bicara di sisi bantal pada jam sebelas malam. Ketrampilan mengolah kata serta kiat merayu dalam 'meracuni' pendengarnya, menuntut jurus lain yakni 'announcing skill'. Kriteria utama selain otak encer, juga melek gaul, kaya gagasan dalam bahasa Indonesia maupun logat MTV, fasih internet serta berpikiran merdeka. Dimana dalam relevansinya, penyiar juga merupakan disc jockey, master of ceremony maupun publik relation. Mereka kini adalah komunikator ulung.

Jelaslah bobot pada suara telah mengalami perkembangan, karena mewakili ciri figur yang hangat, ramah dan intelegent. Juga kesanggupannya mewakili citra - produk tertentu, maka para announcer akan mengakrabi pendengar lewat 'berbicara dengan', bukannya menjadi 'berbicara kepada'. Selayaknya dialog pihak yang sederajat, tidak merupakan petuah apalagi instruksi. Bukankah menjengkelkan di saat keheningan malam, pendengar harus direcoki dengan pengulangan kalimat klise: "Para pendengar, sepuluh menit telah berlalu dengan sebuah lagu. Kini waktu telah menunjukkan pukul sepuluh liwat sepuluh menit. Untuk sepuluh menit berikut, kembali akan disampaikan .. blah .. blaa ..!". Belum lagi saban sepuluh menitnya harus diingatkan untuk memeriksa pintu, jendela, serta tak lupa mematikan kompor. Pola berpikir tipikal tidak merdeka, miskin ide, menutup dialog dan melecehkan logika bagi si penyiar itu sendiri maupun terutama pendengarnya.
Maka, penyiar radio memang sangat berkepentingan akan kualitas pribadi dirinya di udara, 'air personality' kerennya, sebelum mewakili citra komunitasnya. Manusia di balik perangkat mikrophone itu adalah pilot yang mengatur arena pertunjukkannya seperti Alan Freed saat meneriakkan kalimat dan menyebar paham Rock and Roll pertama kali ke atmosfir bumi. Serta suara manusia itu pulalah yang memberi nuansa sekaligus nyawa dari sepetak ruang siar lantas menyebar ke tiap kotak suara para pendengarnya, seperti sosok Adrian Cronauer yang diperankan Robin Williams pada film Good Morning Vietnam. Sementara kecanggihan perangkat siar maupun rekayasa audio berikut koleksi diskography hingga tim kreatif akan menjadi pelayan bagi sang announcer, bukan sebaliknya untuk dijajah tehnologi. Radio jelas merupakan perkara manusia sebagai pencapaian akal nan manusiawi, dan berlaku untuk seterusnya akan tetap demikian tak tergantikan. "Radio Ga Ga .. someone still loves you", kata Queen.

Sehingga konsep suara menjadi pemenuhan perilaku populis, sekaligus karakter akan kebutuhan pada strata tertentu terhadap informasi, edukasi, bisnis dan hiburan. Karena radio modern telah menjadi institusi bisnis serius, dalam segenap aspeknya. Radio modern punya kesanggupan mengekploitasi keunggulan ini, bersama faktor lain berupa program siaran, format lagu, strategi-segment, acara 'off air' hingga aplikasi pengembangan teknologinya. Namun segalanya memang dimulai melalui suara dulu, kadang lebih berkepribadian ketimbang kesan fisik yang ditampilkan. Akhirnya, keberhasilan suara adalah ketika tiap kuping yang mendengar akan memiliki beragam persepsi yang tidak sama. Itulah guna radio, suara yang 'menggambarkan' cerita, the theater of imagination. Serta mengalir sebagai partner sejalan, dimana suara sang penyiar sanggup tampil 'as the mirror of the soul!'

*Endy Saman - harian SUAKA; 25 Februari 1999

Read more...