Posted in
david gilmour,
nick mason,
pink floyd,
richard wright,
roger waters


Roger Waters lalu dianggap sbg pemimpin fase dua sekaligus membawa Pink Floyd ke puncak kegilaan baru. Ia punya andil terbesar sbg konseptor maupun komposer semua karya Pink Floyd, meski tetap melibatkan anggota lainnya. Misalnya Richard Wright menyumbang The Great Gig in the Sky, Nick Mason berupa Echoes, serta One of These Days salah satu karya Gilmour. Sementara Syd meski sudah dipecat dan harus di rawat di rumah sakit jiwa namun kharismanya selalu menghantui, kondisi yg kelak menjadi ilham untuk album The Dark Side of the Moon maupun Shine on your Crazy Diamond. Seolah Pink Floyd telah identik bahkan terkutuk oleh konsep kejiwaan berupa sakit mental dan segala sisi tergelap manusia, serta ditunjang lewat eksperimen pada perangkat instrumental di studio. Kecenderungan "gila" rupanya memang melekat pada Pink Floyd, awalnya dari Syd kemudian beralih pada Waters yg dikenal megalomaniak. Kegilaan berupa arogansi bahkan egois berlebihan, bahkan saudara perempuan Waters pernah bersaksi betapa ia jadi menyebalkan dan "sinting" akibat trauma kehilangan ayahnya sejak kecil. Dilain pihak Waters sanggup membuat personifikasi kegilaannya secara brillian lewat album The Wall, di lain pihak pada album ini pula ia memecat sahabatnya lagi yg juga pendiri, Richard Wright. Hingga berlanjut pada album egois The Final Cut yg menggambarkan proses perang Falkland (pulau Malvinas), namun reputasinya tertutup oleh kegilaan berikutnya ketika dinyatakan Pink Floyd hanya Roger Waters sementara personil lainnya dibayar sbg musisi pengiring. Kemelut yg berujung ke pengadilan dgn keputusan bahwa Roger Waters tidak berhak lagi menggunakan nama Pink Floyd, terkecuali hak cipta album The Wall dan The Final Cut serta maskot balon babi Pink Floyd yg pernah digunakan sbg symbol album Animal. Sebuah akhir perih bagi Waters yg telah sukses membedah sisi tergelap manusia termasuk unsur lunatic dirinya, sekaligus akhir dari perjalanan babak kedua Pink Floyd nan paling sakral dan fenomenal.
Fase ketiga dgn dukungan penuh produser yg berperan memenangkan pengadilan, Pink Floyd berlanjut secara "lebih normal". Gitaris merangkap vokalis David Gilmour sekaligus anggota termuda dan bukan pendiri Pink Floyd namun kini dianggap sbg leader, rasanya lebih memilih "jalur aman" bahkan mulai cenderung tampil sendirian. Walau mereka masih sanggup merilis album studio A Momentary Lapse of Reason (1987) dan Division Bell (1994) berikut kesuksesan konser raksasa yg hanya bisa dilaksanakan di tempat khusus, namun tak kuasa lepas dari bayang2 kesuksesan The Dark Side of the Moon hingga The Wall. Betapa sisi tergelap bulan telah menghasilkan gegar budaya di London antara lain berupa perlawanan sekelompok pemusik yg berseru anti rumit dan kecanggihan nan mapan, diganti lugasnya jurus tiga batu bernama Punk. Begitupun konsep album The Wall terasa pincang oleh Pink Floyd lantaran gak bisa utuh lagi ditampilkan, kesemuanya menandai Pink Floyd memang "terkutuk" oleh kegilaan dan selalu dibayangi Syd Barret hingga Roger Waters. Sisi tergelap Pink Floyd adalah citra para anggotanya sendiri, sebuah pencerahan pada jalur bernama psychedelic. Bagai legenda Dr Jekyll dan Mr Hyde rekaan Robert Louis Stevenson, symbol yg saling melengkapi dan harus eksist. Reputasi Pink Floyd mustahil meninggalkan nyawa alienasi hingga eksploitasi arogansi dan egoisme, menjadi signature sekelompok musisi berikut karya sarat drama, kegilaan, kreativitas, sekaligus ironi, kesedihan, dan perseteruan. Itulah Pink Floyd sejati yg dicatat oleh dunia dan telah kukenal, dari sisi tergelap menuju pencerahannya. (duke)
