inside .. the doors are sealed to love
inside .. my heart is sleeping
inside .. the fingers of my glove
inside .. the bones of my right hand
inside .. it's colder than the stars
Dalam beberapa hari terakhir, aku sering mendapat telpon dari seorang sahabat, kebetulan pernah menjadi salah satu stafku. Seorang pekerja ulet dan temperamental, keras kepala serta memiliki keangkuhan tipikal bergelar Strata Hukum, namun loyal dan diistilahkannya sendiri, "militan". Saat pertama ia menghadap sbg dampak mutasi, reputasinya sudah santer kudengar sbg sosok bermasalah. Maka ia duduk sambil menatap tajam, kuingat kalimat pertamanya adalah, "Saya sudah mempelajari bapak dari beberapa sumber, semoga kita bisa bekerja sama dalam suasana baru". Halaaah .. salah satu beban dari amanat tugas nih, pembinaan, dimana separuh dari "pasukanku" yg berjumlah 20an telah berusia lebih tua dariku termasuk dia. Dalam beberapa minggu bertugas, kudengar ia pernah berkomentar di kantin, "Jika ibarat pernah kerja di salon murah bertarif lima ribuan, sekarang aku punya bangku sendiri di salon sekelas Rudy". Entah apa urusannya dgn salon dan legenda Rudy sang piƱata rambut mengingat tupoksi kerja jauh dari wangi dan kemayu, justru erat dgn perundangan berikut pengawasan penegakkan hukum di lapangan termasuk ragam resiko.
inside .. the dogs are weeping
inside .. the circus of the wind
inside .. the clocks are filled with sand
inside .. you'll never hurt me
inside .. the winter's creeping
inside .. the compass of the night
inside .. the folding of the land
Yang pasti ia selalu muncul di kantor sejak pagi, bahkan bosku sering kaget mendapati ia masih sibuk di ruangan hingga maghrib. Mengingat selama ini ia hanya muncul beberapa hari dalam seminggu, gak lebih dua jam per hari. Gayanya masih keras kepala walau gak terlalu mengumbar kapasitas hukum, maklumlah ia kini punya bos baru dgn level strata termasuk pemahaman hukum di atasnya yg justru jadi aset kebanggaannya. Seperti beberapa bulan kemudian, ia melapor telah "menggertak" salah satu pejabat di kabupaten yg pernah membicarakanku secara kurang pantas menurutnya. Berdampak aku perlu menelpon yg bersangkutan secara pribadi meski tindakan staf kutegaskan sudah benar. Lalu aku memberikan mainan baru, mengurus kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) perikanan se Kalimantan Barat sekaligus tantangan ekstra untuk dapat membawa salah satu Pokmaswas dari kabupaten ke level evaluasi nasional. Hasilnya, juara pertama nasional yg tak pernah terbayangkan selama ini, sekaligus menimbulkan dampak di luar dugaan yakni kecemburuan terselubung di ruanganku. Maka ketika ia duduk kembali di hadapanku sembari masih menatap tajam, salah satu kalimatnya adalah, "Alasan saya bekerja dan ada di kantor ini hanya karena dan untuk bapak, semoga tidak menjadi beban dan apapun yg terjadi saya akan selalu menjaga bapak!". Beberapa minggu kemudian, atau nyaris setahun menjadi stafku, datang sepucuk surat dari Badan Kepegawaian Daerah yg menulis namanya untuk dipindahkan dari kantorku.
inside my head's a box of stars,
i never dared to open
..
inside the wounded hide their scars,
inside this lonesome sparrow's fall ..
inside the songs of our defeat,
they sing of treaties broken
inside this army's in retreat,
we
hide beneath the thunder's call
Aku ingat sewaktu usia 12 tahunan dulu, ada kolam besar di belakang rumah. Terasa besar seperti danau mini bagi ukuranku saat itu, kedalamannya lebih tinggi dari badanku saat berenang yg berarti 2 meteran. Di kolam itulah jadi ajang rendezvous sepulang sekolah, kebanyakan para anak tetangga sekampung yakni pencari rumput bagi kerbau yg bahkan sering memandikan piaraannya di tepi kolam. Maka akupun paham bahwa kerbau ternyata suka berendam bahkan berenang bareng hilir mudik tanpa tenggelam. Tentu salah satu sahabat sekelasku ikut gabung setelah nyaris tiap sore bersepeda dan berujung nyebur bareng di kolam, namanya Ganis alias Arie Ganisha Putra. Hal menarik dari kolam adalah sebuah gundukkan tanah menyerupai pulau di tengahnya, persis Samosir di tengah Toba skala mini. Tempat favoritku bareng Ganis mendaki pulau lantas berbaring telanjang dada berbantal lengan beralas rumput, menatap langit dan ngalor-ngidul tanpa henti nyaris tiap sore. Namun sesungguhnya, aku lebih senang sendirian setelah berenang lantas menaiki pulau untuk rebahan sembari diam saja. Aku memperoleh teritorial berikut kebebasan nan sentosa, hanya ditemani kesendirian namun begitu mewah. Aku cukup berdialog dgn diam, kolamnya tenang menyimak serta pulau itupun mengamini dalam bisu. Segalanya hening tapi gk diam, aku sendiri tapi gk sepi. Kami sering bertukar dialog termasuk membicarakan si Ganis yg sering kencing di pulau itu, atau tergelak berupa angin yg menghempas beberapa pohon kecil hingga menimbulkan riak gelombang kolam. Sehingga aku mulai merasa, setidaknya mendapatkan kedamaian, bahkan meyakini jika pulau itupun menyukaiku. Mungkin ini yg disebut mutualisme, keyakinan terhadap hakekat komunikasi.
outside .. the rain keeps falling
outside .. the drums are calling
outside .. the flood won't wait
outside, they're hammering down the gate
Pulau kecil seukuran lapangan Badminton di tengah kolam besar, di halaman belakang rumahku saat di Ketapang. Adalah sahabat terbaik saat sendiri, bukan cuma tempat singgah setelah riang berenang maupun pelampiasan gundah sepulang sekolah. Sejatinya persahabatan, bukankah selalu ada untuk menemani termasuk menerima betapapun konyolnya, bukan? Walau hanya membisu dan saling berpelukan diam. Dengarkan saja si pulau mengisahkan tentang gerimis semalam saat membasuh kolam, langit terang yg menyimpan kehangatan saat kutiduri beralas lengan. Termasuk makna terbesar yg pernah kudapat berupa rasa kehilangan, ketika aku harus pindah rumah bahkan menuju pulau baru yg lebih besar serta menyeberang samudera. Aku harus meninggalkan segala aset berharga berikut ritual dan segala komunikasinya, walau semua kulakukan secara diam-diam. Aku, pulau kecil dan kolam besar, telah terbiasa hening tapi bukan pendiam, selalu sendiri tapi gk pernah sepi. Aku yakin, kalaupun pulau kecil di kolam itu masih ada sekarang, mereka akan tetap hening. Begitupun seandainya kelak aku berkunjung ke Ketapang dan menemukan kolam berikut pulaunya, kami akan tetap saling membisu berikut menjajagi perubahan. Namun yg selalu terus kuingat, aku memang pernah teramat kehilangan saat itu pada kolam berikut pulaunya. Kenangan dan perasaan yg semestinya jauh lebih baik.
love is the child of an endless war
love is an open wound still raw
love is a shameless banner unfurled
love's an explosion, love is the fire of the world
love is a violent star .. a tide of destruction
love is an angry scar, a violation, a mutilation
capitulation .. love is annihilation
"Saya sedang tugas dinas ke Kementerian Dalam Negeri, berkat segala dorongan dan keyakinan bapak. Saya semakin paham dgn cerita tempohari mengenai ikan besar di kolam kecil, saya sedang merasakan dan menjalaninya sekarang. Mohon maaf jika sempat membantah karena merasa bapak hanya berniat menghibur, tetapi yg saya alami saat ini seperti mimpi tak terbayangkan. Bapak telah menjadikan saya ikan kecil di kolam besar, akan selalu menjadi motivasi untuk lebih baik lagi. Sekali lagi maaf saya gak bisa telepon lama, maklum baru kali ini bertugas resmi ke Jakarta. Oya pak, ada salam dari bos saya, rupanya beliau teman baik bapak juga. Selamat malam pak", akupun menutup selularku setelah membalaskan salamnya. Sebetulnya malam ini perlu istirahat panjang setelah seharian menemani salah satu Direktur dari Kementerian untuk bertemu seorang Bupati, dan besok harus menyambut kunjungan kerja seorang Menteri. Tapi gak ada salahnya mengabadikan salah satu kisah hari ini, demi kenangan dan perasaan yg semestinya akan berdampak menjadi baik. Semoga seterusnya ..
love me like a parasite,
love me like a dying sun
love me like a criminal,
love me like a man on the run
-duke-