Posted in
soccer
Laga Knock Out di Afrika Selatan 2010 menghadirkan 8 kontestan, masing2 mewakili 3 benua dari 5 zona fase kualifikasi. The first South American semifinal sweep could unfold if Brazil, Argentina, Uruguay and Paraguay all win their quarterfinals. European powers Spain, Germany and Netherlands and lone African survivor Ghana are out to make sure that doesn't happen. Berikut adalah resume laga hari pertama berikut dramanya. Antara two-time World Cup winner Uruguay faces Ghana, serta the five-time champion Brazilians against a country that has never won soccer's biggest prize but was runner-up twice, the Dutch :
1. Keberhasilan Uruguayans atas bintang hitam yg sekaligus telah memunahkan harapan satu2nya wakil benua tuan rumah, dimana Ghana berambisi menjadi Afrikan pertama di semifinal WC. Kegagalan wakil Afrika menjadikan rekor terburuk sejarah pelaksanaan ajang sbg tuan rumah, yakni pertama kalinya hosted gagal dari fase group. Lalu merembet pada pertama kalinya negara di benua sbg tuan rumah yg gagal ke semifinal. Jepang-Korea Selatan sbg negara mewakili benua pertama yg menjadi tuan rumah di luar Amerika dan Eropah, namun keduanya lolos dari fase Knock Out bahkan Korea Selatan sanggup menjadi juara keempat World Cup.
2. Ghana mewakili spirit benua tuan rumah yg direstui Mandela serta mengandalkan faktor fisik, menghadapi kelugasan Uruguay yg kini dijuluki 'Pembunuh Antar Benua'. Ghana jelas kalah mental dan paling miskin pengalaman, ditambah beban Afrika yg bertambah. Ketidakhadiran Essien benar makin terasa berat, meski ada senior Muntari (Inter) dan Appiah (Bologna) berikut Pantsil (Fulham), Kevin Boateng (Pompey) dan kiper Kingson (Wigan). Semua tim inti Ghana yg merumput di liga major Eropah. Serta kemunculan bintang muda Asamoah Gyan (liga Prancis) terutama gol berkelas ke gawang Howard. Patut ditunggu apakah Gyan akan bersinar pada bursa bulan depan saat musim kompetisi klub Eropah kembali dimulai. Walau reputasinya agak tercoreng dgn kegagalan penalti di menit terakhir barusan. Beda kejayaan dan keterpurukan memang tipis hanya dlm hitungan detik, berlaku pula di soccer.
3. Sebaliknya Uruguay yg telah membunuh tuan rumah dan Korsel serta punya andil memulangkan Prancis, menghadapi Ghana secara taktis lewat dua tandem yg telah terbukti menakutkan. Uruguayans gak segan meladeni body charger secara lugas, namun berfikir panjang agar bisa lolos dgn akumulasi kartu yg rendah. Pertandingan yg memikat ini sekaligus pamer kemampuan tendangan jarak jauh dgn hasil akhir gol.
Bintang drama laga ini adalah sipemilik kartu merah, Suarez. Bintang muda Ajax sbg top skor musim ini di liga Belanda, digadang salah satu talenta dunia yg mulai diperebutkan klub raksasa Juventus dan Liverpool terutama Barcelona dan Man-United. Suarez dianggap sbg penyelamat Uruguay lewat insiden di menit akhir sekaligus berpotensi penghianat bangsa. Untuk beberapa detik ia tampak menangis meninggalkan lapangan, namun dalam hitungan detik pula melonjak kegirangan ketika penalti Gyan membentur tiang. Uruguay memperoleh nyawa tambahan sekaligus berbalik memulangkan Ghana. Tentu Suarez telah kehilangan kesempatan melawan tim negara tempatnya merumput besok, bahkan FIFA masih mempelajari kasusnya dgn penalti hukuman lebih ngeri atas dasar menciderai sportivitas bola. To be a hero or valiants, amat tipis dan nisbi, dan tergantung sudut anda.
4. Laga pertemuan raksasa unggulan Belanda dan Brazil, juga bertabur aksi drama. Sneijder adalah bintang utama, termasuk dua gol yg diakui FIFA serta sundulan yg jarang dilakukannya. Jika Sneijder sanggup membawa Belanda mendapatkan mahkotanya sbg raja resmi sepakbola dunia, gak disangsikan dialah kandidat kuat pemain terbaik FIFA 2010. Sekaligus menangislah Real Madrid yg selalu bingung hanya mengandalkan uang termasuk menendang kreator dan pencetak gol berbakat ini, juga Robben yg malah menjadi pujaan di liga Jerman.
5. Selain bintang laga, juga ada aktor ala sinetron. Cukup pantas disematkan bagi Felipe Mello sang Brazilian. Defender Juventus ini telah memberikan assist cantik menjadi gol milik Robinho. Tapi kemudian malah nipu Cesar sehingga terjadi own goal, yg kemudian FIFA memberikan gol itu buat Sneijder. Mello sering lepas marking terhadap Sneijder yg berakibat gol kedua, lantas menginjak Robben (meski agak berbau diving), hingga klimaksnya diganjar sent off. Well, baru kali ini ada tokoh sekumplit ginian di sejarah piala dunia. Sang pemberi goal assist, bikin own goal, dapet kartu merah. Cukup pantaslah doi digelar sbg "Mello-drama of the game". (*)