Selain faktor kegunaannya secara praktis, angka bisa dianggap misterius lantaran gak berwujud ato dapat dirasakan secara inderawi. Benda yg disebut 'apel' bisa dicirikan dari bentuknya, warna ato rasa serta dapat disepakati memang berbeda dgn duren misalnya. Tapi ketika disebutkan terdapat 'tiga buah apel' lalu ada 'tiga duren', tetap bukan menjelaskan mengenai wujud dua jenis buah berikut kumpulan angka yg nangkring di sampingnya. Selain telah terjadi kondisi untuk mewakili fakta berupa sekumpulan buah (lebih dari tunggal), juga memberikan sebuah kesepakatan yg membedakan 'satu apel' dgn 'satu keranjang apel'. Begitupun ketiga 'tiga duren' dgn 'duren tiga', yg satu menjelaskan mengenai kumpulan buah duren sejumlah tiga (countables) sementara 'duren tiga' lebih kepada merek korek api tertentu dan mewakili nominal tak berwujud (uncountables).
Maka demikian, angka sanggup memiliki fakta khusus yang mewakili aktualisasi sebuah pemikiran nyata (kuantitatif) maupun abstrak (kualitatif). Skala dan statistik merupakan hal terukur secara angka kuantitas, sementara berapa dalam kadar cintamu adalah skala tak terukur. Jadi jangan mau dikibulin dgn gombal "cintaku sedalam lautan", karena gak komparatif pasti nipu. Sejak Pythagoras, (filsuf, matematikawan Yunani abad 6 SM) telah mengajarkan tentang segala hal dapat dijabarkan liwat angka, maka bernalar adalah perhitungan atas segenap fenomena alam dan peristiwanya yg seharusnya genap. Selain konsep ini mengembangkan ilmu eksakta yg terukur, angka juga dianggap bisa mewakili interpretasi abstrak seperti tafsir, meramal atau menterjemahkan 'pesan alam' lewat sistem numerologi yg disebut 'Gematria'.
Bentuk Gematria adalah "each letter of an alphabet corresponds to a number", sehingga bisa menjadi angka atau huruf. Serta pengertiannya bisa bermakna "numerical values of words are totaled up and then these words are said to correspond with other words sharing the same numerical value", atau simbol bilangan yg telah dinyatakan dalam huruf dgn nilai yg sama atau relevan. Gematria diyakini muncul pada kerajaan Babylonia era Raja Sargon II (abad 8 Sebelum Masehi) untuk perhitungan pembangunan tembok Khorsabad berukuran tepat 16,283 satuan hasta. Aplikasi gematria ini yg kelak dikenal dgn 'jurus geometri', secara harafiah diterjemahkan sbg 'ilmu pengukuran tentang bumi' atau prinsip dan dimensi bangunan yg kini menjadi cabang ilmu matematika. Selanjutnya gematria lebih dikembangkan melalui sejarah budaya Yahudi dan Romawi, Arab hingga India bahkan ke China.
Gematria sbg sistem untuk menghitung nilai numerik ke dalam kata atau frase dgn keyakinan bahwa kata atau frasa dgn numerik tertentu, adalah identik atau memiliki makna dan pesan yg berkaitan dgn angka tertentu. Misalnya angka empat dalam tradisi oriental, China melafalkan 'Si' (Se) sama dgn Jepang yg melafalkan 'Shi' dan keduanya memiliki kesamaan lafal dgn makna kematian. Jika angka empat dikonversi ke alfabet yakni 'D', mungkin dianggap sbg awalan Die. Sementara secara numerik, 4 = 1 + 3 dimana 13 adalah angka sial bagi kebanyakan orang dari tradisi bule, sekaligus angka favorit buat judul film horor. Bahkan terdapat ketakutan irasional tersendiri bagi mereka yg phobia dgn segala sesuatu yg mengandung angka 13, istilah mediknya Triskaidekafobia. Misalnya banyak rumah yg menolak memakai nomor alamat 13, hotel tanpa lantai 4, entah karena phobia atau pamali.
Angka melalui gematria ternyata gak hanya mempersoalkan perkara nilai ukur, tapi telah mengandung makna khusus dan anehnya berlaku umum. Maka selain urusan kesialan, juga ada nomor favorit seperti angka 8 yg sering bikin pusing pihak DLLAJR untuk permintaan nomor plat kendaraannya. Konon 8 mewakili simbol angka dinamis tak terputus, infinite, memiliki lafal 'Ba' yg senada dgn Fa (kemakmuran). Berikut adalah beberapa contoh gematria, untuk versi Yahudi adalah: Aleph=1, Bet=2, Gimel=3, Dalet=4, He=5, Vav=6, Zayin=7, Heth=8, Thet=9, Yodh=10, Kaph=20, Lamed=30, Mem=40, Nun=50, Samekh=60, Ayin=70, Pe=80, Thadi=90, Qoph=100, Resh=200, dst. Gematria versi Arab: Alif=1, Ba=2, Jim=3, Dal=4, Ha(*)=5, Waw=6, Zay=7, ha(#)=8, Tha=9 Ya=10, Kef=20, Lam=30, Mim=40, Nun=50, Sin=60, 'Ain=70, Fa=80, Shad=90, Qaf=100, Ra=200, dst. Sementara gematria versi Romawi yg juga dipakai secara Internasional: I=1, II = 2, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500, M=1000.
Selanjutnya masih perihal angka mengalami perkembangan yg disebut sistem desimal yg konon dikembangkan oleh pemikir dari Arab bernama Al Khwarizmi (790 - 850), selanjutnya menjadi dasar ilmu hitung disebut Aljabar. Namun peran angka desinal juga sanggup mengalami 'pelecehan' yg dikutak-katik sbg kode kunci, demi tujuan dan makna khusus. Salah satu penerapan ilmu guthak-gathuk, misalnya:
Serangan pesawat ke menara WTC tanggal 11 September 2001 = 11 - 9 - 2001.
Tanggal 11 bulan 9 = 1 + 1 + 9 = 1 dan 1 (twin tower). Pesawat terbang pertama
yg menghantam Tower Selatan berjumlah penumpang 92 orang = 9 + 2 = 1 dan 1.
Kemudian hantaman pesawat kedua berpenumpang 65 orang = 6 + 5 = 1 dan 1.
Tempat kejadiannya di kota New York = n e w y o r k c i t y = 11 huruf.
Peristiwa heboh yg juga konon mengundang minat para pakar angka, mereka sanggup menganalisa berdasarkan tafsir Nostradamus segala serta penggenapan atas ramalan tertentu. Mereka inilah yg dapat disebut sbg 'pemegang kunci angka' dan menggunakan sistem numerik untuk menyibak sekaligus membaca menurut karakter angka yg disebut Numerologi. Seorang numerolog dapat menetapkan 'angka kunci' pada seseorang, berdasarkan jumlah angka dari nama atau tanggal kelahiran yg ditakdirkan sbg nilai kepribadian, ciri bahkan nasib kehidupnya. Berbicara soal tanggal, diketahui ada banyak sistem kalender di belahan bumi ini dan masih tetap digunakan secara umum maupun khusus. Contoh untuk sistem kalender Masehi (Gregorian), adalah yg kita gunakan sekarang seperti untuk peristiwa WTC 11 September 2001. Sementara sistem kalender Hijriah untuk menetapkan saat yg sama dgn peristiwa WTC, 22 Jumada II 1422. Menurut sistem kalender China adalah pada Hari 24 Bulan 7 Tahun 18 Siklus ke 78. Sementara sistem Julian menyebutnya peristiwa 29 Agustus 2001, sedangkan penanggalan Ibrani adalah tercatat 23 Elul 5761.
Terlepas dari pendekatan budaya setempat berikut sistem (misalnya Hong Shui/Feng Shui dlm tradisi Cina berdasarkan kalendar bulan), patut dipertimbangkan adanya faktor Ambigu yakni keputusan ramalan melalui sifat bahasa yg terbuka. Tidak ada kepastian mutlak, namun masih berlaku beberapa kemungkinan dan pilihan yg relevan. Maka salah satu penerapan unsur numerolog yg biasa ditambahkan adalah "faktor sugesti" (keyakinan, ketaatan) sehingga dapat berjalan mulus dan everybody happy. Maka pendekatan numerologi bisa dianggap sbg seni dalam pemahaman yg terkait angka, mirip gematria, berikut berbagai kombinasi 'kurangi-tambahi' demi makna dan tujuan tertentu. Dalam pendekatan matematika, tentu keahlian tersebut kurang dianggap relevan. Namun prakteknya dapat memperkaya kepentingan non eksakta dan sering diterapkan di dunia perdagangan, arsitektural, aspek transportasi, bahkan prediksi hasil pertandingan bola, tanggal menikah, dst.
Jika angka telah dijumlahkan kepada urusan yg justru gak akurat, seperti primbon jumlah huruf nama, menghitung angka jodoh, tebak skor bola dgn tidur di kuburan, serta segala rupa terkait angka magis, kok rasanya kayak maksa kerjaan gak perlu yah. Bahwa setiap unsur kehidupan memang mempunyai tata cara dan sifatnya, serta ada yg wajib di hitung maupun diprediksi. Maka angka bisa dijadikan simbolis maupun perantaranya dalam menterjemahkan sebuah fenomena. Bahkan terkadang ada anugerah dibalik peristiwa diluar dugaan, yg melawan hukum formal serta perhitungan logika. Pertimbangan ini seolah mengingatkan bahwa kehidupan penuh dgn kejutan dan gak selamanya mengandalkan presisi angka yg cenderung 'pseudo-sains' (segalanya harus sains). Jadi, nikmati saja kehidupan termasuk menggunakan angka. Bukan sebaliknya, digunakan oleh angka. Jangan keliwat perhitungan deh. Walau kadang bikin kesel, secara matematis tanggal satu adalah saat terima gaji. Eh ternyata seringkali jatuhnya hari sabtu dan minggu, melesetlah hari jadwal belanja itu bagi yg menggunakan sistem manual. (*)