Follow me on Twitter RSS FEED

The Cable Guy : Masalah vs Harapan

Harapan, adalah kejahatan yang paling kejam.
Karena memperpanjang siksa manusia [Nietzsche]
Gimana sih, memble kayak gak punya keyakinan dan anti positif. Bukankah pasca kotak terlarang Pandora dibuka lantas mengeluarkan segala malapetaka, namun tetap menyisakan nilai harapan agar bisa selalu memperbaiki? Bagaimana jika Nietzsche bermaksud menawarkan pembebasan juga optimis jika manusia sanggup membunuh harapannya, untuk berbalik jadi lebih realistis sekaligus humanis. Harapan, rasanya memang berpotensi bius serta ketergantungan yg justru bisa menjerumuskan bahwa masalah hanyalah cobaan hidup bahkan bagian dari takdir. Termasuk harapan akan munculnya campur tangan dari Yang Maha Segala, tatkala permasalahan makin menekan. Bahkan manusiapun bisa berharap jadi Superman setelah masuk ke kotak telpon, ganti kostum seolah dibaptis lalu berubah sakti siap menuntaskan tiap masalah.
  
Ketika harapan akan mengaburkan hakiki hidup termasuk mengingkari esensi masalahnya, berarti berhentilah siklus permasalahan alias berkembang menjadi siksa yg tak lagi berujung. Padahal pelangi akan muncul di saat badai reda, serupa gunung meletus yg menjanjikan lahan gembur setelahnya, keduanya bukanlah inti permasalahan meski terbersit nilai harapan. Hanya sanggup berharap tapi luput memahami masalah sekaligus enggan mengarungi masalah, bukanlah kearifan asa. Selain malah berharap boleh menyelesaikan masalah dgn masalah lain termasuk boleh bikin masalah, itulah siksa dan kejahatan sebenarnya. Mungkin begitulah latar belakang si tengik Mr. Cable Guy (Jim Carey) terhadap salah satu pelanggan TV Kabel. Ia berharap melalui segala kebaikan dan pendekatan menyelesaikan masalah, akan menjadi pamrih setidaknya dapat berteman. Perkara normal dan nyata di keseharian, dibungkus jurus pop-corn beraroma komedi-horor. Namun porsi komedi keliwat mendominasi atau bablas oleh Jim Carey secara stereotipe, berpotensi masalah bagi yg coba mencermati pesan harapan versus masalah. Ada sepenggal adegan plus dialog yg mungkin boleh mencuri kesan, bahwa film The Cable Guy (1996) sesungguhnya asli film horor. Sekaligus menterjemahkan faham Nietzsche telah menjadi latar belakang Mr. Cable Guy yg mewakili sosok psycho.
Mr. Cable Guy bertemu si wanita, pacar temannya, maka terjadilah dialog :
Cable: Kenapa kalian lantas berpisah?
Wanita: Gak pisah sih. Kami hanya sepakat untuk kasih kesempatan atau semacam test, apakah bisa bertahan jika sempat berpisah sesaat. Toh kalau memang jodoh, akhirnya gak kemana juga.
Cable: Well, akupun pernah bikin hal serupa dgn pacarku yg dulu. Seolah permainan kecil sekaligus menguji cinta dan kesetiaan. Jika mampu bertahan selama 3 bulan lalu saling membutuhkan, berarti kami memang jodoh, gak terpisahkan.
Wanita: So?
Cable: Kira-kira begitu .. setelah 2 bulan lewat, menuju seminggu sebelum dead-line. Mendekati bulan ketiga, tapi terjadi sesuatu .. 
Wanita: What happened?
Cable: Yep, doi tewas seketika pada kecelakaan mobil.
-duke-

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kematian adalah jawaban. Doi kagak perlu hidup jika hidup hanya memberikan harapan yg sekaligus siksaan. Lebih baik pisahn mati sehingga ada cerita lain karena kehidupan memeang identik dengan harapan, coba doi berubah? Coba doi mengerti. Coba dan coba. Tp coba itu hanya buat orang lain, bukan untuk diri sendiri. Pelangi ogah nongol jika coba itu lagilagi harapan thd org lain. Mengapa kagak coba berubah lebih menyayangi yg ada ketimbang sibuk memperhatikan yg lain? Manusia macam apa yg lbh suka sibuk dg yg lain? Demikianlah maka dia disebut manusia. Walo ada sih manusia yg mampu menyayangi spouse drpd sibuk dg yg lain.

Anonim mengatakan...

It was when the God said "NO". Often then, people interprete themselves because the inability of God to be questioned. The dark side of being unknown usually translated as destiny where unresolved matter has been finally resolved by the Master. Such a pity shortcut, isn't it?

Posting Komentar