Posted in
contact,
district 9,
outlander

But everything that I know as a human being, everything that
I am tells me that it was real. I was given something wonderful,
something that changed me forever. A vision of the universe,
that tells us undeniably -how tiny- and insignificant and how ..
Rare, and precious we all are. A vision that tells us that
we belong to something is greater than ourselves ..
We're not that none of us are alone.

Film pertama seperti yg muncul pada headline di atas adalah berjudul Contact (1997) besutan Robert Zemeckis. Fiksi ini berdasarkan jurnal ilmiah oleh pakar astronomi Carl Sagan yg juga tertarik masalah UFO, Extra Terresterial serta fenomena Crop Circle (seperti di film The Sign). Meski dicampuri racikan ala Hollywood, namun masih dianggap lebih serius ketimbang sejenis film Independence Day. Contact bukan cuma mengangkat tentang ide “perjalanan ruang menuju luar angkasa” (atau dimensi lain) menurut teori “Lubang Cacing” milik Einstein, tapi filosofi adanya transfer pengetahuan dan sharing pengalaman bahwa manusia tidak sendirian di jagad ini. Konflik pada akhir film berupa misteri perbedaan konversi waktu menurut bumi dgn perjalanan yg mengarungi dimensi, sengaja dibiarkan mengambang untuk dicerna penontonnya (jika ingin, selain mengunyah popcorn). Apakah film ini akan menjadi fiksi yg memuaskan rasa penasaran terhadap kehidupan di luar bumi semata, ataukah filosofi mendasar seperti karakter manusia yg selalu mencari dan membutuhkan komunikasi terhadap sesama mahluk berjiwa secara vertical maupun horizontal kepada sang maha pencipta?

"Saya mengajak kalian untuk melihat kenyataan di balik fakta
(beyond the facts), maka kita harus menyelesaikan secara fakta pula
(on the facts). Untuk mengawasi apa yang sebenarnya terjadi dan menerima,
serta meyakini sebagai fakta (factually appropriate steps)".
(beyond the facts), maka kita harus menyelesaikan secara fakta pula
(on the facts). Untuk mengawasi apa yang sebenarnya terjadi dan menerima,
serta meyakini sebagai fakta (factually appropriate steps)".

District 9 diadaptasi dari film pendek 'Alive In Joburg' karya Neill (sekaligus sutradara District 9), yg memang kelahiran dan tinggal di Joburg (nama lain Johanesburg) pada sekitar 30 tahunan silam. Terinspirasi dari politik apartheid terutama era 60an akhir, saat rezim kulit putih pernah mengalokasikan 60 ribu warga kulit hitam di 'Distrik 6' Cape Town, lantas pernah dipaksa pindah penampungan menuju Cape Flats. Maka film District 9 sesungguhnya adalah potret buram dari kenyataan District 6, gak perlu ke ruang angkasa untuk mencari dan menemukan “mahluk aneh” (prawn) lainnya. Sejarah manusia yg menjadikan manusia lainnya bagai alien, memang setua peradaban manusia itu sendiri. Simbol alienasi telah dan tetap bertebaran melalui teks verbal seperti 'You are not welcome here', 'Anjing dan Niger dilarang masuk' (era rasial di pintu2 kafe di Amerika). Bahkan penggolongan seperti ras, serta mungkin kolom “agama” pada KTP Indonesia adalah label tersendiri yg niscaya menciptakan perbedaan keyakinan berupa atribut kafir, atheis, dst. Sekaligus memang pula menjelaskan melalui ending film, bahwa konsep sekular maupun ide akulturasi adalah pada dasarnya absurd selain pula konyol.

Menurut survival pod, lokasi jatuhnya pesawat itu di 'an abandoned outpost' ato kini disebut Norwegia. Serta tokoh yg selamat itu lalu mengunduh bahasa komunikasi setempat yakni 'Old Norse' (ibu bahasa Skandinavia), yg juga demi kenyamanan penonton sekaligus ditranslate menjadi English. Dan perkataan bumi pertama yg diucap si tokoh yg meringis akibat proses download tadi, adalah: "fcuk!" (Apakah tokoh "Kain" si bayi Adam dan Hawa, menangis saat lahir?). Selanjutnya, silahkan gabung antara tokoh film Beowulf plus mahluk Grendel tentu, juga nuansa film 'The 13th Warrior', sedikit romance ala Dragonheart, plus konyolnya sosok spritual (religi?). Mungkin jadi timbul pertanyaan, ini film maunya ke futuristik ato malah nyilem di era Jurasic? Demi mudahnya, masukkan saja konsep mesin waktu terutama sosok si alien yg gak berbeda dgn manusia pada saat itu. Jikapun ingin dikaitkan dgn manipulasi genetika yg berupa generasi Nephilim (Genesis 6: 1-8), si alien malah kalah gede dari para native yakni bangsa Vikings yg terkenal bongsor. Menariknya adalah penggunaan material besi yg bukan dari bumi, yakni pembuatan pedang keras untuk bisa membacok monster. Apakah intervensi seperti ini yg lantas dapat merambah ke aspek tehnologi seperti keberadaan piramida di tengah peradaban purba, peta landasan udara di dataran tinggi Nazca (Peru), mitos tehnologi supra modern era Atlantis? Juga warisan konspirasi para penguasa langit yg kini disebut religion, sbg alasan keterbatasan akal dan tehnologi manusia bumi yg memang setitik debu nebula.

*Well .. the most important thing is that you all keep searching
for your own answers. So I told u one thing 'bout universe though.
That is a pretty big place, bigger than anything that anyone has
ever dreamed of before. So, if it's just Us .. seems like an awful
waste of space .. right?* [Dr. Eleanor Ann "Sparks" Arroway]
-duke-
for your own answers. So I told u one thing 'bout universe though.
That is a pretty big place, bigger than anything that anyone has
ever dreamed of before. So, if it's just Us .. seems like an awful
waste of space .. right?* [Dr. Eleanor Ann "Sparks" Arroway]
-duke-