Follow me on Twitter RSS FEED

Reduce, Reuse, Recycle

Posted in

Akhir-akhir ini, udara terasa makin gerah dan kering terutama di siang hari. Sementara kondisi malamnya bisa terasa dingin secara drastis. Apalagi saat musim kemarau tiba, ditambah gangguan asap dan kabut hasil pembakaran misalnya pembersihan lahan atau ladang berpindah di budaya Kalimantan. Sementara musim hujan terasa bertambah panjang yang mempengaruhi jadwal tanam dan panen para petani, atau nelayan gak bisa lagi membaca peta bintang untuk panduan melaut. Mengapa cuaca semakin gak menentu dan gampang berubah? Apakah berkaitan dengan fenomena pemanasan global yang khabarnya diakibatkan oleh efek rumah kaca? Apa kata dunia?
Istilah efek rumah kaca pertama kali disebutkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses yang terjadi dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Istilah ini awalnya diambil dari cara tanam para petani di daerah beriklim empat musim, misalnya menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca dengan suhu ruangan tetap terjaga. Penggunaan kaca atau bahan bening adalah berdasarkan sifat materi yang dapat ditembus sinar matahari, lalu akan dipantulkan kembali oleh benda yang ada di rumah kaca itu. Pantulan sinar akan berubah menjadi energi panas melalui inframerah, selanjutnya terperangkap di dalam sekaligus dibutuhkan untuk proses fotosintesis dan menjaga suhu ruangan. Rumah kaca juga digunakan agar suhu ruangan tetap konstan.
Serupa dengan bumi, dimana atmosfir adalah pelindung yang dianggap sebagai rumah kaca raksasa. Energi panas matahari yang telah dipantulkan ke permukaan bumi, seharusnya kembali lepas ke angkasa (stratosfer). Namun akibat terganggunya komposisi gas rumah kaca seperti polusi karbon dioksida serta metan dari emisi industri, transportasi, kebakaran hutan, hal itu dapat membuat "luka langit" berupa lubang ozon. Peristiwa ini telah berlangsung lama sehingga memicu terjadinya efek pemanasan secara global, yang berdampak luas terhadap perubahan iklim di seluruh permukaan dunia.
Salah satu pengamatan lain dari para peneliti dunia adalah semakin banyak gunung es abadi di kutub utara yang mulai pecah dan mencair. Akibatnya terjadi perubahan tinggi pada permukaan laut, yang beresiko dapat menenggelamkan sebagian pantai bahkan pulau-pulau kecil di seluruh dunia. Serta siklus alam semakin sering berubah dan berdampak pada kacaunya jadwal musim khususnya petani. Hal itulah yang menjadikan suhu siang hari terus meningkat, juga banjir semakin sering terjadi dimana-mana. Pemanasan secara global memang sebuah peringatan akan bencana dunia nan serius, berawal dari berbagai perubahan iklim secara drastis. Cuaca semakin sulit ditebak, manusia telah memulai perubahannya dan manusia pula yang harus menanggungnya.
Salah satu kegiatan paling sederhana adalah manusia harus kembali memperhatikan aspek lingkungannya, misalnya terhadap sampah sehari-hari. Pemerintah menggalakkan program mengelola dan menangani sampah dengan penerapan sistem 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala pemakaian yang mengakibatkan sampah seperti penggunaan plastik. Dan Recycle berarti mengolah kembali atau daur ulang sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Mengelola sampah dengan sistem 3R dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja, serta tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian, namun berdampak besar dalam mencintai lingkungan. (*)

Untuk Majalah Varia Edisi Let's Go Green 2008
SMA Santo Paulus - Pontianak.

0 komentar:

Posting Komentar